LAPORAN HASIL OBSERVASI ORGANISASI ISLAM PERSIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Tauhid
Dosen : Dr. Moh Sulhan, M.Ag

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
205/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada zaman modern ini terjadi banyak perubahan, tidak hanya dalam
hal ekonomi dan sosial. Namun, dalam hal keagamaan pun terjadi perubahan yang
mendukung dalam penyebaran keilmuannya. Dalam hal tersebut, keorganisasian menjadi
langkah efektif yang dapat dilakukan. Salah satu organisasi yang mendukung
penyebaran ilmu agama yaitu Persatuan Islam
Persatuan Islam sebagai organisasi besar di negeri ini tentu banyak
faktor yang mempengaruhi tentang keberadaanya. Selanjutnya Persatuan Islam sebagai organisasi pembaharu
pasti ada maksud dan tujuan yang melandasinya. Dalam makalah ini akan
dijelaskan tentang maksud,tujuan, sejarah perumusan serta pengertian yang
terkandung didalamnya. Rumusan maksud dan tujuan Persatuan Islam sejak berdiri
sampai sekarang yaitu dengan tujuan ingin memberantas takhayul, bid’ah dan
kurafat di masyarakat luas.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
sejarah terbentuknya ormas Persatuan Islam?
2.
Apa
tujuan dibentuknya ormas Persatuan Islam?
3.
Siapa
saja tokoh-tokoh yang berada dalam ormas Persatuan Islam?
4.
Bagaimana
karakteristik ormas Persatuan Islam?
5.
Bagaimana
pandangan ormas Persatuan Islam mengenai
Penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan?
6.
Apa
yang membedakan Persatuan Islam dengan ormas islam lainnya?
7.
Mazhab
apa yang menjadi pedoman organisasi Persatuan Islam?
8.
Bagaimana
pandangan Persatuan Islam terhadap kebangsaan?
9.
Bagaimana
pandangan Persatuan Islam terhadap penyimpangan agama?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui sejarah terbentuknya ormas Persatuan Islam
2.
Untuk
mengetahui tujuan dibentuknya ormas Persatuan Islam
3.
Untuk
mengetahui -tokoh yang berada dalam ormas Persatuan Islam
4.
Untuk
mengetahui karakteristik ormas Persatuan Islam
5.
Untuk
mengetahui pandangan ormas Persatuan Islam
mengenai Penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan
6.
Untuk
mengetahui apa yang membedakan Persatuan Islam dengan ormas islam lain
7.
Untuk
mengetahui mazhab yang menjadi pedoman ormas Persatuan Islam
8.
Untuk
mengetahui pandangan Persatuan Islam terhadap kebangsaan
9.
Untuk
mengetahui pandangan Persatuan Islam terhadap penyimpangan agama
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Terbentuknya Ormas Persatuan Islam (Persis)
Persatuan Islam (Persis) berdiri pada abad ke-20 yaitu pada permulaan tahun
1920-an, tepatnya tanggal 12 September 1923 di Bandung. Adapun yang pertama
mempunyai gagasan terbentuknya Persis ini adalah H. Zam-zam bersama temannya H.
Muhammad Yunus. H. Zam-zam adalah seorang alumnus Darul-Ulum (Mekah) sejak
tahun 1910-1912 beliau menjadi guru agama di Darul-Muta'alimin. Sedangkan H.
Muhammad Yumus adalah seorang pedagang sukses, di masa mudanya beliau
mendapatkan pendidikan agama secara tradisional dan menguasai Bahasa Arab
sehingga beliau mampu mempelajari kitab-kitab secara autodidak.
H. Zam-zam dan H. Muhammad Yunus mempunyai latar belakang dan kultur yang
sama. Hal inilah yang menyatukan mereka dalam mendalami keislaman. Mereka juga
sering melakukan diskusi dengan tema sekitar gerakan keagamaan yang bergerak
pada saat itu. Sering juga tema itu muncul dari permasalahan agama yang dimuat
didalam majalah Al-Manar (terbitan Mesir). Salah satu tulisan yang sangat
menyentuh emosi keagamaan mereka adalah tulisan Muhammad Abdul yang dimuat
dalam majalah Al-Manar yaitu "Al-Islam Mahjubun bil
Muslimin".Ungkapan ini sangat terkenal di kalangan pembaharuan Islam
baik di Timur Tengah maupun di Indonesia. Tulisan (ungkapan) ini menghendaki
agar umat Islam memiliki cara berpikir dan corak hidup yang lebih maju dengan
lebih menghidupkan kembali Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam tata hidupnya.
Dalam setiap diskusi, H. Zamzam dan Muhammad Yunus, merupakan pembicara
utama, keduanya banyak mengemukakan pikiran baru. Keduanya memang memiliki
kapasitas dan wawasan pengetahuan yang cukup luas dalam masalah keagamaan,
apalagi ditunjang oleh profesi H. Zam-zam sebagai guru agama. Di samping itu,
mereka memang mempunyai latar belakang pendidikan agama yang cukup kuat di masa
mudanya.
Suatu saat diskusi mereka berlangsung seusai acara kenduri di rumah salah
seorang anggota keluarga yang berasal dari Sumatera yang telah lama tinggal di
Bandung. Materi diskusi itu adalah mengenai perselisihan paham keagamaan antara
al-Irsyâd dan Jami'at Khair. Sejak saat itu, pertemuan-pertemuan berikutnya
menjelma menjadi kelompok penelaah, semacam studi club dalam bidang keagamaan
di mana para anggota kelompok tersebut dengan penuh kecintaan menelaah,
mengkaji, serta menguji ajaran-ajaran yang diterimanya. Diskusi mereka juga
dilakukan dengan para jama'ah shalat Jum'ah, sehingga frekuensi bertambah dan
pembahasannya makin mendalam. Jumlah mereka tidak banyak hanya sekitar 12
orang. Diskusi tersebut semakin intensif dan menjadi tidak terbatas dalam
persoalan keagamaan saja terutama dikhotomis tradisional-modernis Islam yang
terjadi ketika itu, yang diwakili oleh Jamî'at Khair dan al-Irsyâd di Batavia,
tetapi juga menyentuh pada masalah-masalah komunisme yang menyusup ke dalam
Syarikat Islam (SI), dan juga usaha-usaha orang Islam yang berusaha menghadapi
pengaruh komunikasi tersebut.
Maka sejak saat itu, timbulah gagasan di kalangan mereka untuk mendirikan
organisasi Persatuan Islam atau nama lain yang diajukan oleh kelompok ini yaitu
Permupakatan Islam, untuk mengembalikan ummat Islam kepada pimpinan al-Qur'an
dan al-Sunnah. Organisasi yang didirikan di Bandung ini untuk menampung kaum
muda maupun kaum tua, yang memiliki perhatian pada masalah-masalah agama.
Kegiatan utamanya adalah diskusi. Setiap anggota dapat mengajukan masalah
keagamaan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Maka dapat disimpulkan bahwa lahirnya Persis Diawali dengan terbentuknya
suatu kelompok tadarusan (penalaahan agama Islam di kota Bandung yang dipimpin
oleh H. Zamzam dan H. Muhammad Yunus, dan kesadaran akan kehidupan berjamaah,
berimamah, berimarah dalam menyebarkan syiar Islam, menumbuhkan semangat
kelompok tadarus ini untuk mendirikan sebuah organisasi baru dengan cirri dan
karateristik yang khas.
Pada tanggal 12 September 1923, bertepatan dengan tanggal 1 Shafar 1342 H,
kelompok tadarus ini secara resmi mendirikan organisasi yang diberi nama
“Persatuan Islam” (Persis). Nama persis ini diberikan dengan maksud untuk
mengarahkan ruhul ijtihad dan jihad, berusaha dengan sekuat tenaga untuk
mencapai harapan dan cita-cita yang sesuai dengan kehendak dan cita-cita
organisasi, yaitu persatuan pemikiran Islam, persatuan rasa Islam, persatuan
suara Islam, dan persatuan usaha Islam. Falsafah ini didasarkan kepada firman
Allah Swt dalam Al Quran Surat 103 : “Dan berpegang teguhlah kamu
sekalian kepada tali (undang-undang (aturan) Allah seluruhnya dan janganlah
kamu bercerai berai”. Serta sebuah hadits Nabi Saw, yang diriwayatkan oleh
Tirmidzi, “Kekuatan Allah itu bersama al-jama’ah”.
A. Hassan dari Singapura pernah berkunjung ke Surabaya pada tahun 1920
dalam hubungan perdagangan batik keluarganya. Di sanalah ia mulai terlibat
diskusi-diskusi agama dengan tokoh-tokoh agama di Indonesia sekitar
pertentangan antara kaum muda dan kaum tua, antara paham modernis dan paham
tradisional. Ayah A. Hassan memang termasuk orang yang berpandangan modernis.
Maka dapat dimengerti jika A. Hassan juga sejalan dengan faham kaum muda. Tidak
lama kemudian A. Hassan pindah ke Bandung dan masuk lingkungan Persatuan Islam.
Selanjutnya ia memusatkan kegiatan hidupnya dalam pengembangan pemikiran Islam
dan menyediakan dirinya sebagai pembela Islam.
Sampai awal tahun 1926, Persatuan Islam masih belum menampakan sebagai
organisasi pembaharu, karena di dalamnya masih bergabung kaum muda dan kaum
tua. Yang penting setiap anggota saling mendorong untuk lebih mendalami Islam
secara umum sebagai agama yang dibawa nabi terakhir, Muhammad SAW. Namun dari
segi penamaan, organisasi ini sejak awal memang sudah bersifat liberal. Betapa
tidak, nama Persatuan Islam yang disingkat PERSIS adalah nama Latin, yang
dianggap sebagai pengaruh penjajah Belanda. Apalagi sakralitas dan pengidentikan
Islam dengan Arab sangat kuat di kalangan umat Islam ketika itu. Artinya mereka
siap menerima risiko dan mempertahankan pendirian serta keyakinan yang mereka
miliki, atas pemberian nama latin tersebut. Padahal organisasi yang lebih dulu
muncul seperti Jamî'at Khair, Muhammadiyah, dan al-Irsyâd, menggunakan nama dan
bahasa Arab.
Dari segi ini, Persatuan Islam menghendaki apa yang seharusnya disakralkan
dan apa yang tidak seharusnya disakralkan oleh umat Islam. Karena penilaian
terhadap sesuatu yang bersifat sakral itu berkaitan erat dengan kualitas
ketauhidan dan bahkan pula berkaitan dengan wawasan keislaman yang dimiliki.
Jika setiap berbahasa Arab identik dengan Islam, disitu wawasan keislaman yang
dimiliki seseorang adalah tergolong awam. Hal itu terbukti kemudian Persatuan
Islam menjelma menjadi organisasi yang paling ekstrim dan liberal dibandingkan
dengan Muhammadiyah dan al-Irsyâd dalam melakukan penentangan terhadap
tradisi-tradisi yang dianggap merupakan ajaran agama Islam, melalui konsep
bid'ah, khurafat dan takhayul.
Tampilnya jam’iyyah Persatuan islam (Persis) dalam pentas sejarah di
Indonesia pada awal abad ke-20 telah memberikan corak dan warna baru dalam
gerakan pembaruan Islam. Persis lahir sebagai jawaban atas tantangan dari kondisi
umat Islam yang tenggelam dalam kejumudan (kemandegan berfikir), terperosok ke
dalam kehidupan mistisisme yang berlebihan, tumbuh suburnya khurafat, bid’ah,
takhayul, syirik, musyrik, rusaknya moral, dan lebih dari itu, umat Islam
terbelenggu oleh penjajahan kolonial Belanda yang berusaha memadamkan cahaya
Islam. Situasi demikian kemudian mengilhami munculnya gerakan “reformasi”
Islam, yang pada gilirannya, melalui kontak-kontak intelektual, mempengaruhi
masyarakat Islam Indinesia untuk melakukan pembaharuan Islam.
B. Tujuan Ormas Persatuan Islam (Persis)
Terdapat dua pokok tujuan dibentuknya persis, yaitu pertama untuk
mempersatukan umat islam yang pada saat itu masih terpecah belah, yang kedua
untuk memberantas TBC, TBC disini adalah takhayul, bid’ah dan kurafat. Pada
saat itu masyarakat Indonesia masih percaya kepada takhayul yang biasa orang
zaman dulu menyebutnya “pamali”, contohnya seseorang tidak boleh duduk di “lawang
pintu” karena bisa menyebabkan orang itu jauh dari jodohnya, dan sampai
sekarang hal tersebut masih terjadi. Hal-hal seperti itulah yang ingin
diberantas oleh ormas persis ini.
Pada dasarnya, perhatian Persis ditujukan terutama pada faham Al-Quran dan
Sunnah. Hal ini dilakukan berbagai macam aktifitas diantaranya dengan
mengadakan pertemuan-pertemuan umum, tabligh, khutbah, kelompok studi, tadarus,
mendirikan sekolah-sekolah (pesantren), menerbitkan majalah-majalah dan
kitab-kitab, serta berbagai aktifitas keagamaan lainnya. Tujuan utamanya adalah
terlaksananya syariat Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan.
Untuk mencapai tujuan jam’iyyah, Persis melaksanakan berbagai kegiatan
antara lain pendidikan yang dimulai dengan mendirikan Pesantren Persis pada
tanggal 4 Maret 1936. dari pesantren Persis ini kemudian berkembang berbagai
lembaga pendidikan mulai dari Raudlatul Athfal (Taman kanak-kanak) hingga
perguruan tinggi. Kemudian menerbitkan berbagai buku, kitab-kitab, dan majalah
antara lain majalah Pembela Islam (1929), majalah Al-Fatwa, (1931), majalah
Al-Lissan (1935), majalah At-taqwa (1937), majalah berkala Al-Hikam (1939), Majalah
Aliran Islam (1948), majalah Risalah (1962), majalah berbahasa Sunda (Iber),
serta berbagai majalah yang diterbitkan di cabang-cabang Persis. Selain
pendidikan dan penerbitan, kegiatan rutin adalah menyelenggarakan pengajian dan
diskusi yang banyak digelar di daerah-daerah, baik atas inisiatif Pimpinan
Pusat Persis maupun permintaan dari cabang-cabang Persis, undangan-undangan
dari organisasi Islam lainnya, serta masyarakat luas.
C. Tokoh-tokoh Persis
a. Ahmad Hassan
Keberadaan sebuah organisasi sejak awal berdirinya hingga sekarang tidak
terlepas dari peran serta para tokohnya. Demikian pula halnya dengan Persis.
Organisasi yang pertama kali dibentuk oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus
ini telah melahirkan sejumlah tokoh besar. Mereka menjadi tumpuan umat dalam
memahami masalah agama. Selain Ahmad Hassan (A. Hassan), salah seorang tokoh
dan menjadi guru utama Persis, organisasi Islam ini juga melahirkan tokoh
lainnya, Mohammad Isa Anshary, KHE Abdurrahman, dan KH Abdul Latief
Muchtar. Bagaimana sosok dan kiprah mereka?
b. Mohammad Natsir
Dilahirkan di Kampung Jembatan Berukir, Alahan Panjang, Sumatra Barat, pada
17 Juli 1908. Ia adalah putra pasangan Sutan Saripado-seorang pegawai
pemerintah-dan Khadijah. Ia pergi ke Bandung pada 1927 untuk melanjutkan
studinya di AMS A-2 (setingkat SMA sekarang).Di Kota Kembang ini, minat Natsir
terhadap agama semakin berkembang. Karena itu, selama di Bandung, Nastir
berusaha memperdalam ilmu agamanya dengan mengikuti pengajian-pengajian Persis
yang disampaikan Ahmad Hassan. Selain itu, Natsir juga mengikuti pelajaran
agama di kelas yang khusus yang diadakan oleh Ahmad Hassan untuk anggota muda
Persis yang sedang belajar di sekolah milik Pemerintah Belanda.
Bahkan, dengan inisiatif Natsir, Persis kemudian mendirikan berbagai
lembaga pendidikan, antara lain Pendidikan Islam ( Pendis ) dan Natsir sebagai
direkturnya ( 1932-1942 ) serta Pesantren Persatuan Islam pada 4 Maret
1936. Keberadaan sekolah-sekolah ini ditujukan untuk membentuk kader-kader
yang mempunyai keinginan memperdalam dan mampu mendakwahkan, mengajarkan, dan
membela ajaran Islam. Natsir adalah orang yang terlibat langsung dalam proses
kaderisasi di bawah bimbingan Ahmad Hassan.
Dengan demikian, Natsir mempunyai hubungan yang dekat dengan Persis. Di
bawah kepemimpinannya, Persis menjelma menjadi organisasi yang bukan hanya
berupa kelompok diskusi atau pengajian tadarusan kelas pinggiran, melainkan
sebuah organisasi Islam modern yang potensial. Dalam waktu singkat, ia berhasil
menempatkan Persis dalam barisan organisasi Islam modern.
c.
Mohammad Isa Anshary
Tampilnya Isa Anshary sebagai pucuk pimpinan Persis dimulai pada 1940
ketika ia menjadi anggota hoofbestuur ( Pusat Pimpinan )
Persis. Tahun 1948, ia melakukan reorganisasi Persis yang mengalami kevakuman
sejak masa pendudukan Jepang dan Perang Kemerdekaan. Tahun 1953 hingga 1960, ia
terpilih menjadi ketua umum Pusat Pimpinan Persis.
Selain sebagai mubaligh, Isa Anshary juga dikenal sebagai penulis yang
tajam. Ia termasuk salah seorang perancang Qanun Asasi Persis yang
telah diterima secara bulat oleh Muktamar V Persis ( 1953 ) dan disempurnakan
pada Muktamar VIII Persis ( 1967). Dalam sikap jihadnya, Isa Anshary menganggap
perjuangan Persis sungguh vital dan kompleks karena menyangkut berbagai bidang
kehidupan umat. Dalam bidang pembinaan kader, Isa Anshary menekankan pentingnya
sebuah madrasah, tempat membina kader-kader muda Persis.
Semangatnya dalam hal pembinaan kader tidak pernah padam meskipun ia
mendekam dalam tahanan Orde Lama di Madiun. Kepada Yahya Wardi yang menjabat
ketua umum Pimpinan Pusat Pemuda Persis periode 1956-1962, Isa Anshary
mengirimkan naskah “Renungan 40 Tahun Persatuan Islam” yang ia susun dalam
tahanan untuk disebarkan kepada peserta muktamar dalam rangka meningkatkan
kesadaran jamaah Persis. Melalui tulisannya, Isa Anshary mencoba menghidupkan
semangat para kadernya dalam usaha mengembangkan serta menyebarkan agama Islam
dan perjuangan organisasi Persis. Semangat ini terus ia gelorakan hingga
wafatnya pada 2 Syawal 1389 H yang bertepatan dengan 11 Desember 1969.
d.
KHE Abdurrahman
KH Endang Abdurrahman tampil sebagai sosok ulama rendah hati, berwibawa,
dan berwawasan luas. Dengan gaya kepemimpinan yang luwes, ia telah membawa
Persis pada garis perjuangan yang berbeda: tampil low profile dengan
pendekatan persuasif edukatif, tanpa kesan keras, tetapi teguh dalam prinsip
berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Abdurrahman dilahirkan di Kampung Pasarean,
Desa Bojong Herang, Kabupaten Cianjur, pada Rabu, 12 Juni 1912. Ia merupakan
putra tertua dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Ghazali, seorang penjahit
pakaian, dan ibunya bernama Hafsah, seorang perajin batik.
KH Aburrahman dikenal sebagai seorang ulama besar dan ahli hukum yang
tawadhu. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menelaah kitab-kitab,
mengajar di pesantren, dan hampir setiap malam mengisi berbagai pengajian.
Sosok ulama Persis yang satu ini, sebagaimana ditulis Fauzi Nur Wahid dalam
bukunya KHE Abdurrahman: Peranannya dalam Organisasi Persatuan Islam,
semula memiliki pemahaman keagamaan yang bersifat tradisional. Namun, pada
kemudian hari, ia beralih menjadi ulama yang berpegang teguh pada Al-Quran dan
Sunnah serta menentang berbagai ibadah, khurafat, dan takhayul.
Pada masa kepemimpinannya, banyak persoalan mendasar yang dihadapi Persis.
Di antaranya, bagaimana mempertahankan eksistensi Persis di tengah gejolak
sosial politik yang tidak menentu. Jihad perjuangan Persis dihadapkan pada
masalah-masalah politik yang beragam. Selain itu, Persis juga berhadapan dengan
aliran-aliran yang dianggap menyesatkan umat Islam. Untuk menghadapi aliran
tersebut, ia memerintahkan para mubaligh Persis dan organisasi yang ada di
bawah Persis untuk terjun ke daerah-daerah secara rutin dalam membimbing umat.
e.
KH Abdul Latief Muchtar
Dilahirkan di Garut pada 7
Januari 1931 dari pasangan H Muchtar dan Hj Memeh. Sejak kecil, KH Abdul Latief
Muchtar sudah bersentuhan dengan Persis hingga akhirnya menjadi ketua umum
Persis, menggantikan KHE Abdurrahman yang wafat. Jika Persis kini tampak low
profile, itu semua tidak lepas dari kepemimpinan KH Abdul Latief. Pada
masa kepemimpinannya, Persis berjuang menyesuaikan diri dengan kebutuhan umat
pada masanya yang lebih realistis dan kritis.Pada masa awal jabatannya sebagai
ketua umum Persis, KH Abdul Latief dihadapkan pada keguncangan jamaah Persis
karena adanya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 yang menuntut semua organisasi
kemasyarakatan ( ormas ) di Indonesia mencantumkan asas tunggal Pancasila
sebagai asas dalam anggaran dasar organisasinya.
Persoalan asas tunggal ini dihadapi dengan visi dan pemikiran KH Latief
yang akomodatif. Ia mencoba menjembatani persoalan ini dengan baik.Dalam
bidang jam’iyyah ( organisasi ), KH Latief bertekad menjadikan
organisasi Persis makin terbuka ( inklusif ). Persis harus mampu diterima semua
kalangan, tanpa ada kelompok yang merasa takut dengan keberadaannya.
D.
Karakteristik
Ormas Persatuan Islam (Persis)
Di masyarakat persis dianggap sebagai ormas yang keras dan tegas,
karena ormas ini sangat berpegang teguh pada dalil al-Qur’an dan as-Sunnah.
Di dalam ormas Persis ini terdapat 3 bidang pokok antara lain yaitu
:
1.
Bidang
Jam’iyah, dimana bidang garapannya adalah SDM dan organisasi
2.
Bidang
Maliyah, bidang ini berkaitan dengan keuangan. Bidang garapannya yaitu
perzakatan, bendahara keuangan, wakaf, dsb.
3.
Bidang
Tarbiyah, dimana bidang garapannya yaitu pendidikan, sosial, ekonomi, dakwah,
haji dan umrah.
Selain itu, menurut narasumber ormas Persis tidak hanya terdapat di
Indonesia namun juga ada di Malaysia dan Singapura. Hanya saja, Indonesia
merupakan pimpinan pusatnya. Ormas Persis juga memiliki otonom yaitu Persis
Istri (untuk ibu-ibu), Pemuda Persatuan Islam, Pemudi Persatuan Islam.
E.
Pandangan
Persis mengenai Penentuan awal dan akhir bulan ramadhan
Saat ini , penentuan awal
ramadhan dan hari raya idul fitri tidak lagi dikatakan mudah dan sulit
diterapkan dimasyarakat karena terbentur perbedaan mahzab hukum dan kepercayaan
kepada pemimpin umat yang tidak tunggal untuk mewujudkan kesatuan pelaksanaan
awal bulan ramadhan dan hari raya diseluruh dunia perlu adanya izma’ (
konsensus ) ulama. Penentuan awal dan akhir bulan ramadhan terdiri dari dua
cara yaitu hijab dan rukyat. Hijab adalah perhitungan secara matematis dan
astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan
pada kalender hijriyah. Dan rukyat sendiri adalah aktivitas mengamati
visibilitas hilai, yakni penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali
setelah terjadinya ijtimak (konjugasi). Rukyat dapat dilakukan dengan mata
telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop . rukyat dilakukan
setelah matahari terbenam , hilal hanya nampak saat matahari terbenam(magrib).
Penentuan awal dan akhir bulan ramadhan dan hari raya idul fitri
Pada organisasi masyarakat persatuan islam (persis) ditentukan dengan cara
hijab yaitu dengan cara perhitungan datangnya bulan dan juga ditegaskan dengan
rukhyah . Menurut persatuan islam dengan cara ini , penentuan awal dan akhir
ramadhan selalu tepat , walaupun akhirnya berbeda itu sudah menjadi konsekuensi
. persatuan islam ini melihat hilai 4° pun sudah bisa terlihat dan sudah
ditentukan (hisab).
F.
Perbedaan
Persis dengan Ormas Lain
Kita lihat dari visi dan misiya, visi persis adalah senantiasa
menegakkan kalimah Allah dan misinya adalah pertama, mempersatukan umat islam
supaya kembali ke Al Quran dan As Sunah, yang kedua memberantas takhayul,
bid’ah, dan kurafat. Persis itu berupaya mendakwahkan dan menyampaikan syariat
yang sesuai Al Quran dan As sunah. Kemudian jika dibedakan dengan organisasi
islam di Indonesia seperti Muhammadiyah dan Nu adalah dakwah persis lebih
bertujuan kepada pemberantasan takhayul, bid’ah, dan kurafat hal ini berbeda
dengan Nu disana mereka berdakwah secara umum selama hal itu dianggap baik maka
hal itu sah sah saja. Kemudian berbeda dengan Muhammadiyah, muhammadiyah dalam
berdakwah lebih dalam bentuk persoalan Sosial sehingga Muhammadiyah lebih
mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit, panti asuhan, dll. Sehingga dapat
dikatakan persis melakukan dakwahnya secara langsung, dakwah bil lisan, bil
ilham atau dengan perbuatan atau secara umum melakukan dakwah dalam bentuk yang
konkrit. Salah satu contoh ketika ada
yang meninggal dunia, anggota persis akan langsung menjenguk tanpa kata
ditunda, mereka akan cepat berkumpul ketika di panggil walaupun bukan merupakan
sebuah tim karena hal tersebut merupakan suatu kewajiban sehingga jika ada yang
meninggal dunia jenajah harus segera di urus, seperti memandikan jenajah,
mengkafani, dsb.
Namun di masyarakat persis sering disebut sebagai ormas yang keras,
mungkin hal itu terjadi karena kebanyakan kebiasaan (kebudayaan) orang islam di
indonesia itu dilarang dalam persis karena tidak sesuai dengan Al Quran dan As
Sunah, seperti perayaan Maulid nabi SAW. Jika kita telaah lebih dalam, tidak
ada dalil Al Quran yang memerintahkan untuk merayakan hari kelahiran nabi
tetapi oleh masyarakat Indonesia hal tersebut dilakukan karena sudah menjadi
kebudayaan namun hal tersebut ditentang oleh persis. Selain itu banyak dampak
yang kurang baik setelah dilakukan perayaan maulid nabi salah satunya
orang-orang yang melaksanakan solat subuh berjamaah di masjid menjadi sedikit karena kebanyakan dari mereka telat bangun
atau merasa kelelahan setelah semalaman merayakan maulid nabi. Jadi apa makna
maulid yang kita ambil, sedangkan Rasulnya sendiri telat wafat. Sebagian dari
mereka beralasan bahwa pelaksanaan maulid merupakan salah satu bentuk cinta
kepada Rasul, namun jika kita lihat sahabat rosul lebih mencintai rasul
daripada kita, akan tetapi mereka tidak pernah merayakan hari kelahiran rasul.
Itulah salah satu contoh perbedaan persis dengan organisasi islam lain.
G.
Madzhab
yang dipegang Persis
Persis tidak memegang salah satu madzhab, apa yang dibawa oleh
setiap madzhab dan berdasar pada Al Quran dan As Sunah maka itulah madzhabnya.
Jadi tetap madzabnya adalah Rasulullah. Persis lebih memegang teguh Al Quran
dan As Sunah, sehingga tidak memegang madzab syafi’I, hambali, hanafi, dsb.
Selama hal itu ada dalam Al Quran dan As sunah maka madzhab apapun itulah yang
digunakan. Karena perlu diketahui bahwa sering kali orang yang memegang madzhab
itu tidak konsekuen dengan madzhabnya. Contohnya dalam madzhab syafi’I ketika
laki-laki dan perempuan bersentuhan maka wudhunya batal, namun ketika dalam
melaksanakan tawaf ketika pelaksaan umroh atau haji menjadi tidak batal, karena
orang itu berganti madzhab. Jadi ketika kita memegang satu madzab seharusnya berpengang
teguh pada madzhab tersebut. Sehingga persis memilih madzhabnya Muhammad,
artinya apa yang dicontohkan oleh Rasulullah itulah yang menjadi madzhab,
sehingga apa saja yang keluar dari siapaun baik itu imam syafi’I, hambali,
Hanafi pendapat beliau dapat diikuti selama dasarnya jelas terdapat dalam Al
Quran dan As Sunah. Dalam firman Allah disebutkan bahwa apa yang dilakukan
rasul maka kerjakan dan apa yang dilarangnya maka tinggalkan karena itu sesuatu
yang haram. Jadi persis itu tidak menganut salah satu madzhab tetapi berpegang
teguh pada Al Quran dan As Sunah. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (.Qs.3:103)
Dan Rasulullah SAW, bersabda:
Artinya: “Aku telah tinggalkan pada kamu dua
perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab
Allah dan Sunnah Rasul-Nya”. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu
Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah,
hlm. 12-13).
H.
Pandangan
Persis mengenai kebangsaan
Persis rupanya lahir dalam konteks yang tidak
jauh berbeda dengan ormas yang lain. Persis lahir sebagai salah satu organisasi
yang berkonsentrasi pada kajian pemikiran ke-Islaman dan penyebarluasannya
melalui media masa popular sehingga dapat dinikmati oleh khalayak umum. Pada
perkembanganya, Persis lebih mamilih bidang dakwah (bil-lisan dan bil-kitabah) dan pendidikan untuk memperluas aktivitas
awalnya.
Disadari sejak awal bahwa Persis bukan gerakan
yang menggarap semua bidang. Oleh sebab itu, Persis akan cenderung mendukung
gerakan (organisasi) lain yang mengerjakan hal berbeda misalnya dalam bidang
politik. Bahkan , dalam beberapa hal banyak organisai lainpun banyak yang
mempercayakan pada persis mengenai hal-hal tertentu yang menjadi “spesialis”
Persis. Misalnya, ini terjadi ketika Persis pertama kali mengungkap kesesatan
Ahmadiyah tahun 1930-an. Organisasi lain yang tidak mendalami masalah dan
bidang ini, menyerahkan kepada Persis untuk menjadi ketua komisi aliran sesat
pada kongres Al-Islam pada tahun 1941. Demikian pula, Persis dengan sukarela
akan mendukung gerakan yang bergerak pada bidang berbeda, tapi visinya
sama-sama ingin menegakkan dînullâh.
Visi Persis yaitu ingin menjadikan Islam sebagai
dasar bagi penyelenggaraan negara ini. Oleh sebab itu, ketika era Reformasi
yang amat bebas tiba, maka yang menjadi pertimbangan utama Persis untuk
menitipkan idealismenya dalah partai yang memperjuangkan syari’at Islam tegak
di bumi Allah.
Untuk kondisi politik Indonesia saat ini, visi
Persis seperti diatas kelihatannya tidak banyak berubah. Persis tetap percaya
akan kewajiban menegakkan kepemimpinan kaum muslimin secaramondial, hanya saja apabila belum mungkin kearah sana,
negeri tempat dimana kita berpijak harus dikelola dan diperjuangkan semaksimal
mungkin agar dapat memungkinkannya menjadi jembatan tegaknya kemimpinan Islam
global.
Sejalan dengan visi Persis, menurut
narasumber , pandangan persis terhadap masalah kebangsaan atau ketatanegaraan
selama itu tidak menyimpang dari Al-Qur’an dan as-Sunnah, Persis akan
senantiasa mendukung dan ikut serta, termasuk Persis juga tetap ikut serta
dalam pemilu. Ormas ini akan mendukung calon yang dianggapnya terbaik dan dapat
mewakili umat Islam, namun jika calonnya perempuan sudah dipastikan tidak akan
dipilih. Begitu pula dengan calon yang non muslim meskipun kepribadiannya baik
tidak akan terpilih. ormas Persis ini membebaskan anggotanya dalam hal
berpakaian, namun tetap sesuai dengan syariat Islam.
I.
Pandangan
Persis mengenai Penyimpangan Agama
Pandangan
persis mengenai penyimpangan agama yaitu persis sendiri memiliki tujuan yaitu menghapuskan
atau menghindari umat islam di dunia dengan tidak mencampurkan budaya dengan
agama. Persis sendiri berdakwah dengan cara lisan, hal ini dapat mengajak orang
atau memberitahukan kepada umat muslim didunia dengan adanya budaya yang
disatukan dengan ibadah itu sangat tidak cocok. Persis inilah yang memisahkan
hal tersebut. Menanggapi hal tersebut persis berusaha bersikap ramah dengan
lingkungan sosial. Misalnya dilingkunga sekitar, persis sendiri mempunyai
larangan untuk tahlilan , ketika tetangga mengajak tahlilan kepada anggota
persis , anggota persis tersebut bersikap ramah den memberikan pengertian kepada
orang yang mengajak nya dan sekalipun di paksa. kenyataannya persis ini selalu di kucilkan
ketika bernetap di suatu lingkungan. mengapa ? ormas persis ini melarang atau
tidak menyetujui apa yang kebanyakan orang lakukan seperti tahlilan , membaca
usholi , membacakan qunut. maka ormas persis ini terkadang dikucilkan di
lingkungan masyarakat dan hingga pemerintah pun tidak mendukung ormas persis. Jika
suatu lingkungan atau daerah yang sudah terbiasa dengan anggota persis, maka
masyarakat dilingkungan sekitar pun sudah mengerti hal itu.
Pandangan ormas
persis terhadap penyimpangan agama atau masalah agama islam yang sedang
dihadapi seperti ISIS , GHAFATAR pendapat persis mengenai ini, yaitu bersikap
seperti biasa tidak langsung atau tidak langsung bersikap main demo , namun
persis ini hanya berdakwah dengan lisan saja. Tindakan yang sudah dilakukan ,
ada perlakukan seluruh ormas diindinesia seperti mendiskusikan bagaimana
menghadapi ISIS ataupun GHAFATAR , ormas – ormas di Indonesia pun memiliki
rencana seperti menulis surat kepada pemimpin pemerintah. Hasilnya pun ada yang
di terima ada yang di tolak. Namun untuk persis tetap berdakwah dengan lisan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Persatuan Islam (Persis)
berdiri pada abad ke-20 yaitu pada permulaan tahun 1920-an, tepatnya tanggal 12
September 1923 di Bandung. Adapun yang pertama mempunyai gagasan terbentuknya
Persis ini adalah H. Zam-zam bersama temannya H. Muhammad Yunus. H. Zam-zam
adalah seorang alumnus Darul-Ulum (Mekah) sejak tahun 1910-1912 beliau menjadi
guru agama di Darul-Muta'alimin
2.
Terdapat dua pokok tujuan
dibentuknya persis, yaitu pertama untuk mempersatukan umat islam yang pada saat
itu masih terpecah belah, yang kedua untuk memberantas TBC, TBC disini adalah
takhayul, bid’ah dan kurafat
3.
Tokoh-tokoh
: Ahmad Hassan,Mohammad Natsir, Mohammad Isa Anshary dan KHE Abdurrahman
4.
Bidang-bidang
yang bergerak dalam ormas Persatuan Islam
·
Bidang
Jam’iyah
·
Bidang
Maliyah
·
Bidang
Tarbiyah
5.
Penentuan
awal dan akhir bulan ramadhan terdiri dari dua cara yaitu hijab dan rukyat
6.
Dakwah persis lebih bertujuan kepada
pemberantasan takhayul, bid’ah, dan kurafat hal ini berbeda dengan NU yaitu
berdakwah secara umum selama hal itu dianggap baik maka hal itu sah sah saja
7.
Persis
tidak memegang salah satu madzhab, apa yang dibawa oleh setiap madzhab dan
berdasar pada Al Quran dan As Sunah maka itulah madzhabnya
8.
Pandangan persis terhadap masalah kebangsaan
atau ketatanegaraan selama itu tidak menyimpang dari Al-Qur’an dan as-Sunnah,
Persis akan senantiasa mendukung dan ikut serta, contohnya seperti Persis juga
tetap ikut serta dalam pemilu
9.
Pandangan
persis mengenai penyimpangan agama yaitu persis sendiri memiliki tujuan yaitu
menghapuskan atau menghindari umat islam di dunia dengan tidak mencampurkan
budaya dengan agama
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.2009.
Sejarah Persatuan Islam.[online].http://serbasejarah.wordpress.com
Elfikri,
Syarifudin.2010.Ormas Islam. [online].http://abdaz.wordpress.com/ormas-
islam/persatuan-islam-persis
Comments
Post a Comment