MAKALAH
TAHAPAN PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN
KEBUTUHAN ANAK
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Perkembangan
Peserta Didik
Dosen :
Dra. Yuyun
Yulianingsih, M.Pd
Disusun Oleh
:
Hazmi Fauzi
(1142080031)
KELAS A/
SEMESTER 2
PRODI
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN
GUNUNG DJATI BANDUNG
2015
1. Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Istilah “perkembangan” (development)
dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup kompleks. Di dalamnya
terkandung banyak dimensi. oleh sebab itu, untuk dapat memahami konsep dasar
perkembangan, perlu dipahami beberapa konsep lain yang terkandung di dalamnya,
di antaranya: pertumbuhan, kematangan, dan perubahan.
A. Hakikat
Perkembangan
Secara sederhana, seifert &
Hoffnung (1994) mendefinisikan perkemabangan Sebagai “long-term changes in a
person’s growth, feelings, patterns of thinking, social relationships, and
motor skills”. Sementara itu, Chaplin
(2002) mengartikan perkembangan Sebagai: (1) perubahan yang berkesinambungan
dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati, (2) pertumbuhan, (3)
perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke
dalam bagian-bagian fungsional (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi
dari tingkah laku yang tidak dipelajari.
Dari definisi diatas dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa perkembangan tidaklah terbatas pada pengertian
pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan didalamnya juga terkandung
serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus-menerus dan bersifat tetap
dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimilki individu menuju ke tahap
kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan dan belajar.
Perkembangan menghasilkan
bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap
aktivitas yang sederhana ke tahap yang labia tinggi. Perkembangan itu bergerak
secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk/tahap ke
bentuk/tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa
pembuahan dan berakhir dengan kematian.
Ini menunjukan bahwa sejak masa
konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak pernah statis, melainkan
senantiasa mengalami perubahan-perubahan yang bersifat progresif dan
berkesinambungan.
Selama masa kanak-kanak sampai
menginjak remaja misalnya, ia mengalami perkembagan dalam struktur fisik dan
mental; jasmani dan rohani Sebagai ciri-ciri memasuki jenjang kedewasaan.
Demikian seterusnya, perubahan-perubahan diri individu itu terus berlangusng
tanpa henti meskipun kemudian laju perkembanganya semakin hari semakin pelan,
setelah ia mencapai titik puncaknya. Ini berarti bahwa dalam konsep
perkembangan juga tercakup makna pembusukan (decay) seperti kematian.
B. Hakikat
Pertumbuhan
Isitilah pertumbuhan dalam konteks
perkembangan merujuk perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan kaki,
kepala, jantung, paru-paru dan sebagainya. Dengan demikian, tidak tepat jika
kita misalnya mengatakan pertumbuhan ingatan, pertumbuhan berpikir, pertumbuhan
kecerdasan, dan sebagainya, sebab kesemuanya merupakan perubahan fungsi-fungsi
rohaniah. Demikian juga tidak tepat kalau dikatakan pertumbuhan penginderaan,
dan sebagainya, sebab kesemuanya merupakan perkembangan fungsi-fungsi
jasmaniah.
Pertumbuhan fisik bersifat meningkat,
menetap, dan kemudian menagalami kemunduran sejalan dengan bertambahnya usia.
Ini berarti bahwa pertumbuhan fisik ada puncaknya. Sesudah suatu masa tertentu
fisik mulai mengalami kemunduran dan berakhir pada keruntuhan di hari tua, di
mana kekuatan dan kesehatanya berkurang, pancaindra menjadi lemah atau lumpuh
sama sekali. Berbeda halnya dengan perkembangan aspek mental atau psikis yang
realitf berkelanjutan, sepanjang individu yang bersangkutan tetap
memeliharanya.
Dengan demikian, Istilah
“pertumbuhan” lebih cenderung menujuk pada kemajuan fisik atau pertumbuhan
tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun menuju
pada kemajuan mental atau perkembangan rohani yang melaju terus sampai akhir
hayat. Perkembagan rohani tidak terhambat walaupun keadaan jasmani sudah sampai
puncak pertumbuhanya. Meskipun terdapat perbedaan penekanan dari kedua istilah
tersebut, tetapi dalam literatur psikologi perkembagan istilah “pertumbuhan”
digunakan dalam pengertian yang sama dengan perkembangan. Bahkan menurut
Witherington (1986) “pertumbuhan dalam pengertiannya yang luas meliputi
perkembangan”.
2. Hukum – Hukum Perkembangan
Suatu konsepsi yang biasanya bersifat
deduktif, dan menunjukkan adanya hubungan yang ajeg (continue) serta dapat
diramalkan sebelumnya antara variabel-variabel yang empirik, hal itu lazimnya
disebut Sebagai hukum perkembangan. Hukum-hukum perkembangan tersebut antara
lain:
A. Hukum Tempo
Perkembangan
Bahwa perkembangan jiwa tiap-tiap
anak itu berlainan, menurut temponya masing-masing perkembangan anak yang ada.
Ada yang cepat ada pula yang lambat. Suatu saat ditemukan anak yang cepat
sekali menguasai keterampilan berjalan, berbicara tetapi pada saat yang lain
ditemui seorang anak yang berjalannya atau bicarannya lambat dikuasai. Mereka
memiliki tempo sendiri-sendiri.
B. Hukum Irama Perkembangan
Hukum ini
mengungkapkan bukan lagi cepat atau lambatnya perkembangan anak, akan tetapi
tentang irama atau ritme perkembangan. jadi perkembangan anak itu
mengalami gelombang “pasang surut”.
Mulai lahir hingga dewasa, kadangkala anak tersebut mengalami juga kemunduran
dalam suatu bidang tertentu.
Misalnya, akan
mudah sekali diperhatikan jika mengamati perkembangan (strum und drang) pada anak-anak
menjelang remaja. Ada anak yang menampakkan kegoncangan yang hebat, tetapi ada
pula anak yang melewati masa tersebut dengan tenang tanpa menunjukkan
gejala-gejala yang serius.
C. Hukum Konvergensi Perkembangan
Pandangan
pendidikan tradisional di masa lalu berpendapat bahwa hasil pendidikan yang
dicapai anak selalu dihubung-hubungkan dengan status pendidikan orang tuannya.
Menurut kenyataan yang ada sekarang ternyata bahwa pendapat lama itu tidak sesuai
lagi dengan keadaan. Pandangan lama itu dikuasasi oleh aliran nativisme yang
dipelopori Schopen Hauer yang berpendapat bahwa “manusia adalah hasil bentukan
dari pembawaanya”. Sejak anak lahir ia membawa bakat, kesanggupan (potensi)
untuk dikembangkan dan sifat bawaan tertentu. Pembawaan itu akan berkembang
sendiri, dalam hal ini pendidikan tidak mampu untuk mengubahnya. Aliran dalam pendidikan
yang menganut paham nativisme ini disebut aliran yang pesimis.
D. Hukum Kesatuan Organ
Tiap-tiap anak
itu terdiri dari organ-organ (anggota) tubuh, yang merupakan satu kesatuan, di
antara organ-organ tersebut antara fungsi dan bentuknya, tidak dapat dipisahkan
berdiri integral.
Suatu contoh
perkembangan kaki yang semakin besar dan panjang, mesti diiringi oleh
perkembangan otak, kepala, tangan, dan lain-lainnya.
E. Hukum Hierarki Perkembangan
Bahwa
perkembangan anak tidak mungkin akan mencapai suatu fase tertentu dengan cara
spontan atau sekaligus, akan tetapi harus melalui tingkat-tingkat/tahapan
tertentu yang telah tersusun sedemikian rupa. Sehingga perkembangan diri
seseorang menyerupai derat perkembangan.
Contoh:
Perkembangan pikiran/intelek anak, mesti didahului dengan perkembangan
pengenalan dan pengamatan.
F. Hukum Masa Peka
Masa Peka ialah
suatu masa yang paling tepat untuk berkembang suatu fungsi kejiwaan atau fisik
seorang anak. Sebab perkembangan suatu fungsi tersebut tidak berjalan secara
serempak. bersamaan antara satu dengan yang lainnya. Suatu contoh: masa peka
untuk berjalan bagi seorang anak itu pada awal tahun kedua. Dan untuk
berbicara, sekitar akhir tahun pertama.
G. Hukum Memperkembangkan Diri
Dalam kehidupan
bimtul dorongan dan hasrat untuk mempertahankan diri. Dorongan yang pertama
adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan
mengembangikan diri.
Dorongan
mempertahanakan diri terwujud, misalnya pada dorongan makan dan menjaga
keselamatan diri. Anak menyatakan perasaan lapar , haus, dan sakit dalam bentuk
menangis. Ia mempertahankan dirinnya dengan cara menangis. Jika ibu-ibu
mendengar anaknya menangis, tangisnya itu dianggap Sebagai dorongan mempertahankan
diri.
Dalam perkembangan
jasmani terlihat hasrat dasar untuk mengembangkan pembawaan. Untuk anak-anak
dorongan mengembangkan diri berbentuk hasrat mengenal lingkungan, usaha belajar
berjalan, kegiatan bermain, dan sebagainya. Di kalangan remaja timbul rasa
persaingan dan perasaan belum puas terhadap apa yang telah tercapai. Hal ini dapat
dianggap Sebagai dorongan mengembangkan diri.
H. Hukum Rekapitulasi
Hukum ini
kelanjutan dari teori rekapitulasi, yakni perkembangan jiwa anak adalah ulangan
kembali secara singkat dari perkembangan manusia di dunia. Dari masa berburu
hingga masa industri.
Hackel, seorang
ahli biologi memperkenalkan hukum biogenetis. Dalam hukum itu dikatakan Ontogenese
adalah rekapitulasi, dari phylogenese. Ontogenese adalah
perkembangan idividual. Phylogenese
adalah kehidupan nenek moyang suatu bangsa. Rekapitulasi berasal dari
kata rekap. Hukum biogenetis yang berasal dari Hackel itu oleh Stanley Hall
dinamakan teori rekapitulasi. Teori rekapitulasi mengatakan bahwa perkembangan
yang dialami seorang anak merupakan ulangan (secara cepat) sejarah kehidupan
suatu bangsa yang berlangsung dengan lambat selama berabad-abad.
3. Perkembangan
Otak Anak
Janin – 5 tahun
Di lima tahun pertama kehidupan si kecil ini, fase
perkembangan otaknya terbagi atas dua tahap :
·
0 – + 10 bulan (Janin)
Pada masa ini bagian-bagian otak mulai terbentuk, neuron (sel
saraf) mulai tumbuh. Ini adalah masa paling penting dalam proses perkembangan
otak anak karena akan terbentuk lebih dari 100 milyar sel sel saraf / neuron.Agar
proses perkembangan ini berlangsung optimal, ibu yang sedang mengandung perlu
mengatur pola hidup selama masa kehamilan. Selain diharuskan untuk menjauhi
rokok, alkohol, obat-obatan, dan menghindari bahan-bahan yang mengandung logam
berat, karena bisa mengganggu pertumbuhan otak janin; ibu hamil juga disarankan
untuk tetap relaks (tidak mengalami stres), mengonsumsi cukup asam lemak
essential spt AA,DHA, Asam folat, vitamin B6 dan B12. Para ibu juga
diharapkan merangsang proses pembentukan otak janinnya dengan berbagai sensasi
sentuh, dan suara.
·
Lahir – 6 tahun
Setelah lahir, fase perkembangan otak yang dialami si kecil
adalah pembentukan hubungan-hubungan/koneksi antara bermilyar-milyar sel
saraf yang sudah terbentuk dan pematangan fungsi bagian-bagian otak yang
digunakan untuk mengontrol gerak tubuh, berpikir, dan berpresepsi.Bagian otak
yang paling berkembang pada fase ini adalah Frontal Lobes. Bagian otak ini
mengembangkan emosi, kedekatan, proses perencanaan, dan daya ingat. Pengenalan
dan rasa nyaman anak terhadap diri sendiri juga berkembang pesat pada masa ini,
sementara pengalaman sehari-hari akan membentuk kenyamanan emosional.
Saat berusia 6 tahun, berat otak anak telah mencapai 95% berat
otak orang dewasa dan proses pematangan fungsi otak pada periode tumbuh-kembang
ini membutuhkan energi dalam jumlah banyak dibandingkan periode lain.
Pada masa pematangan fungsi otak ini, hal yang penting
dipersiapkan adalah asupan nutrisi yang baik dan lingkungan yang kondusif
untuk menstimulasi kerja otak agar optimal. Nutrisi yang penting untuk
pematangan fungsi otak ini adalah asam lemak essensial seperti AA, DHA dan EPA,
asam amino seperti asam L-Glutamat dan juga multivitamin seperti Vitamin B
kompleks, Vit B12 dan asam folat. Berikan anak berbagai kesempatan, dan respons
dia dengan kasih sayang. Sebaliknya perlakuan negatif atau kasar akan memicu
perkembangan emosi yang tidak stabil di masa depan.
Usia sekolah
Proses perkembangan otak di usia sekolah terus berlangsung dan
sebenarnya merupakan bagian dari proses perkembangan hingga dewasa (usia
produktif, siap bekerja).
·
7 – 12 tahun
Pada tahapan ini hubungan antarsaraf, atau dikenal sebagai
‘grey matter’ yaitu proses menyambungkan bagian-bagian otak terus berlangsung
dan di perkuat. Pengulangan stimulasi akan memperkuat hubungan2 yang
telah terjalln. Jaringan lemak yang menyelimuti sel saraf atau sering
disebut sebagai ‘white matter’ bertambah banyak, sehingga terjadi percepatan
penyampaian sinyal yang berarti otak bekerja sangat baik untuk mengontrol
sistem tubuh, dan hubungan antara sel saraf menjadi stabil.Pada tahapan ini,
bagian yang paling terakhir mencapai kematangan adalah Prefrontal cortex.
Bagian otak ini berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan, juga pengambilan
keputusan. Tak heran jika banyak remaja terlihat sulit mengendalikan tubuh
mereka. Cenderung bergerak cepat, atau sebaliknya kikuk bergerak.
Pada usia ini, orang tua sebaiknya merangsang anak
untuk dapat mengendalikan gerak tubuh. Caranya
adalah dengan mengajaknya berolahraga. Umumnya
gerakan-gerakan olahraga memiliki tujuan tertentu yang dapat merangsang anak
menggerakan tubuhnya, sehingga terlatih dan terarah.
Sesungguhnya fase perkembangan usia ini berlangsung hingga
seseorang mencapai usia 22 tahun. Pada usia tersebut, otak akan mencapai
performa terbaik, dalam fungsi dan respons.
4. Perbedaan Individual dan Jenis Kebutuhan Anak Usia Sekolah
Dasar
2. Perbedaan
Individual Anak Usia SD/MI
Perbedaan individual seorang anak
akan terjadi pada setiap aspek perkembangan anak itu. Aspek perkembangan
tersebut di antaranya adalah pada aspek perkembangan fisik, intelektual, moral,
maupun aspek kemampuan.
Perkembangan pada aspek perkembangan
fisik jelas terlihat dari perbedaan bentuk, berat, dan tinggi abdan. Selain
itu, Perbedaan fisik juga dapat diidentifikasi dari segi kesehatan anak. Sedangkan
perbedaan pada aspek perkembangan intelektual dapat dilihat sejalan dengan
tahapan usia, kemampuan anak pun meningkat. Namun demikian, karena pengaruh
berbagai faktor, kemampuan di antara anak-anak tersebut bisa berbeda. Misalnya,
si A pada usia 7 tahun sudah bisa membuat suatu karangan yang bersifat aplikasi
dari suatu konsep, tetapi si B pada usia yang sama belum bisa melakukan hal
yang dilakukan si A.
Piaget dan Kohlberg masing-masing
mempunyai pandangan tersendiri tetang perbedaan pada aspek perkembangan moral.
Piaget mempunyai pandangan bahwa moralitas berkembang pada 2 tahap utama, yaitu
tahap hambatan moralitas dan moralitas kerja sama sedangkan kohlberg melukiskan
3 tingkatan alasan moral, yaitu Pra-conventional morality, conventional
morality dan post-conventional morality.
Perbedaan kemampuan seorang anak bisa
mencakup perbedaan dalam berkomunikasi, bersosialisasi atau perbedaan kemampuan
kognitif, faktor yang menonjol dalam membentuk kemampuan kognitif adalah faktor
pembentukan lingkungan alamiah yang bisa dibuat.
3. Jenis-Jenis
Kebutuhan Anak Usia SD/MI
Istilah “kebutuhan”, “dorongan” atau
“motif” pada kehidupan sehari-hari sering digunakan secara berganitan. Namun
demikian, secaara konsep ada perbedaan diantaranya. kebutuhan lebih mengacu
pada keadaan di mana seseorang terdorong melakukan sesuatu karena adanya
kekurangan pada jaringan-jaringan di dalam dirinya yang lebih bersifat
fisiologis. Sedangkan dorongan atau motif merupakan kebutuhan tingkat tinggi
yang bersifat psikologis.
Banyak ahli di
bidangnya melakukan penggolongan terhadap aspek-aspek kebutuhan, dan pada
umumnya bisa dikatakan sama intinya. Cole Dan Bruce (1959) membagi kebutuhan
menjadi 2 golongan yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis. Sedangkan A. Maslow
(1954) membagi kebutuhan menjadi 7 tingkatan atau jejaring dari yang mendasar
hingga kebutuhan yang paling kompleks.
dalam kaitannya dengan perbedaan individu pada
anak usia SD, digunakan penggolongan kebutuhan oleh Lindgren (1980) berupa 4
tingkatan kebutuhan yaitu kebutuhan jasmaniah, perhatian, dan kasih sayang,
kebutuhan untuk memiliki dan aktualisasi diri.
Hurlock (1978) menyatakan bahwa dalai
pemenuhan beberapa kebutuhan anak, disiplin daapt digunakan. Sedangkan DeCecco dan
Grawford (1974) mengajukan 4 sikap guru dalam memberikan dan meningkatkan
motivasi siswa.
5. Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah
A. Perkembangan Fisik
Peserta didik usia 12-19 tahun merupakan periode remaja transisi, yaitu periode
transisi antara masa kanak-kanak dan usia dewasa. kemudian pubertas adalah
waktu perkembangan fisik yang cepat, menandakan akhir masa kanak-kanak dan awal
dari kematangan seksual. peserta didik perempuan maupun laki-laki umumnya
menyelesaikan masa ini tanpa masalah.
Selama masa kanak-kanak, laki-laki menghasilkan hormon endrogen sama dengan
perempuan menghasikan hormon esstrogen. perempuan umumnya mulai pubertas
beberapa tahun lebih awal dari pada laki-laki, sekitar usia 11-12 tahun,
sedangkan masa pubertas laki-laki sekitar usia 12 hingga 14 tahun.
B. Masalah kesehatan
Tiga
kemungkinan masalah kesehatan utama yaitu:
1.Gangguan
Makan
Gangguan makan sering muncul akibat keasikan dengan makanan, keasikan dengan
makanan ini berdampak paling umum di kalangan remaja yaitu obesitas atau
kegemukan. kebiasaan mengurangi makan untuk menghindari kegemukan atau obesitas
pun bisa berbahaya karena bia menyebabkan anoreksia nervosa atau
kelaparan.Anoreksia adalah bulimia nervosa,berupa gangguan yang mengikuti pola
pembersihan makan yang sudah dimakan.
2. Depresi
Depresi remaja sering disebabkan oleh perubahan hormon, tantangan hidup, dan
masalah penampilan. Perempuan remaja lebih banyak menderita depresi atau stres
berat dibandingkan dengan laki-laki remaja. Angka statistik menunjukan, sekitar
13 persen remaja dilaporkan setidaknya sekali mencoba bunuh diri.
3.
Penyalahgunaan zat
Beberapa remaja, termasuk peserta didik menyalahgunakan zat atau obat-obatan
terlarang untuk menghindari rasa sakit, stres sehari-hari bahkan untuk mengatas
namakan “solidaritas” dengan rekan-rekannya bagian dari aktifitas per-geng-an
tertentu kemudian ada lagi mereka anggap menyalahgunakan zat atau obat-obatan
terlarang adalah simbol kedewasaan diri.
C.
Perkembangan Kognitif
Pada fase sebelumnya, ketika masih sebagai anak-anak mereka hanya bisa berfikir
kongkret. ketika memasuki tahap operasi formal mereka bisa berfikir abstrak dan
deduktif. Titik puncak atau jatuh tempo perkembangan kognitif terjadi ketika
peserta didik sudah memasuki usia dewasa dan jaringan makin berkembang.hal ini menunjukan nilai pendidikan
dalam pematangan kognitif itu dirangsang oleh kontinyuitas dan konsitensi
proses aktivasi.
Pengembangan
Intelektual
Menurut Robert Strenberg, kecerdasan terdiri dari tiga aspek atau dikenal
dengan dengan triarkis teori{triarchic theory}yaitu:
1.
Komponensial {componential intelligence} bermakna kemampuan untuk menggunakan
strategi pemrosesan informasi internal ketika peserta didik mengindentifikasi
dan berpikir tentang pemecahan masalah dan mengevaluasi hasil.
2. Kecerdasan
eksperiensial (experiential intelligence) adalah kemampuan untuk membandingkan
informasi lama dan baru, dan untuk menempatkan fakta bersama dengan cara-cara
yang asli.
3. Kecerdasan
kontekstual(contextual intelligence) adalah kemampuan untuk menerapkan
kecerdasan praktis, termasuk memiliki kepedulian sosial,budaya, dan konteks
historis.
Pengembangan
Moral dan Penilaian
Sebagian pengembangan moral peserta didik tergantung pada munculnya empati,rasa
malu, dan rasa bersalah. sebagai bukti bahwa peserta didik meningkat kemampuan
kognitifnya,mereka mampu menimbang konsekuensi dari sudut kepentingan pribadi
dan kepentingan orang-orang di sekitar mereka.
Pencarian
untuk Identitas: Usia 12-19 tahun
Peneliti Carol Gilligan dan Deborah Tanenn ternyata menemukan perbedaan dalam
cara-cara di mana laki-laki dan perempuan mencapai identitas itu.Gilligan telah
mencatat bahwa perempuan utamanya mencari “keintiman hubungan”, sedangkan
laki-laki mengejar kemandirian dan prestasi.
D. Orientasi
Seksual dan Seksualitas
Peserta didik pada usia sekolah
menengah berusaha secara total menemukan satu identitas, berupa perwujudan
orientasi seksual yang tercermin dari hasrat seksual,emosional,romantis kepada
anggota jenis kelamin yang sama atau berbeda atau keduanya.perjuangan peserta
didik untuk menemukan dalam outlet seksual yang tepat mengartikulasikan
keinginan mereka. mereka berpartisipasi dalam “kegiatan seksual” yang sama
dengan orang dewasa pada umumnya,namun biasanya belum merupakan komitmen
hubungan jangka panjang.
E. Kenakalan
Remaja
Peserta didik usia remaja menjadi remaja nakal lebih banyak di tentukan oleh
kurangnya pengawasan orang tua dan disiplin ketimbang status
ekonomi.pemberontakan remaja dapat tumbuh dari ketegangan antara”keinginan
remaja untuk memenuhi kebutuhan secara segera”dan”desakan orang tua agar menu
da keinginan itu”. dan Guru pun mestinya ikut mempersuasi anak agar sebisa
mungkin menghindari tindakan”lebih besar pasak dari pada tiang”itu.
6. Implikasi Karakteristik Peserta Didik Terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan
Karakteristik
individu adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada individu
Sebagai hasil dari pembawaan dan
lingkungannya. Untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu baik
dalam hal fisik, mental maupun emosional ini biasanya digunakan istilah anture
dan nurture (alam, sifat dasar) adalah karakteristik individu atau sifat khas
seseorang yang dibawa sejak kecil atau yang diwarisi Sebagai sifat pembawaan,
sedangkan nurture (pemeliharaan pengasuhan) adalah faktor-faktor lingkungan
yang mempengaruhi individu sejak dari masa pembuahan sampai selanjutnya.
Nature dan
nurture ini merupakan dua faktor yang mempengaruhi karakteristik individu.
Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu
garis keluarga ayah dan garis keluarga ibu, sejak saat terjadinya pembuahan
atau konsepsi kehidupan, secara berkesinambungan dipengaruhi oleh
bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang. Masing-masing perangsang
tersebut, baik secara terpisah atau terpadu dengan rangsangan yang lain,
semuanya membantu perkembangan potensi-potensi biologis demi terbentuknya
tingkah laku manusia yang dibawaa sejak lahir. Hal ini pada gilirannya
membentuk suatu pola karakteristik tingkah laku yang dapat mewujudkan seseorang
Sebagai individu yang berkarakteristik berbeda dengan individu-individu lain.
Adanya
karakteristik individu yang dipengaruhi oleh faktor bawan dan lingkungan
tersebut jelas membawa implikasi terhadap proses pendidikan di sekolah. Dalam
hal ini, proses pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik secara individu. Berdasarkan pemahaman ini, anak secara esensial
proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru adalah menyediakan kondisi yang
kondusif agar masing-masing individu peserta didik dapat bekerja secara
opitimal, meskipun wujudnya mereka itu datang dan ada secara berkelompok. ini
berarti bahwa di dalam proses belajar mengajar, setiap individu peserta didik
memerlukan perlakuan yang berbeda, sehingga strategi dan usaha pealaksanaanya
pun akan berbeda-beda dan bervariasi.
Dalam pembicaraan mengenai karakteristik individu peserta
didik ini, ada tiga hal yang perludiperhatikan,yaitu:
1. karakteristik yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti kemampuan intelektual, kemampuan berpikir dan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor.
1. karakteristik yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti kemampuan intelektual, kemampuan berpikir dan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor.
2. Karakteristik yang berhubungan dengan latar bealakang dan
status sosio-kutural.
3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan
kepribadian, seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
Pemahaman tentang
karakteristik individu peserta didik ini memiliki arti penting dalam interaksi
belajar-mengajar. Bagi sorang guru khususnya, informasi mengenai karakteristik
individu peserta didik ini akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan
pola-pola pengajaran yang lebih baik atau yang lebih tepat, yang dapat menjamin
kemudahan belajar bagi setiap peserta didik. Dengan pemahaman atas
karakteristik peserta didik ini, guru dapat merekonstruksi dan
mengorganisasikan materi pelajaran sedemikian rupa, memilih dan menentukan
metode yang lebih tepat, sehingga terjadi proses interaksi dari masing-masing
komponen belajar mengajar secara optimal. Di samping itu, pemahaman atas
karakteristik individu peserta didik juga sangat bermanfaat bagi guru dalam
memberikan motivasi dan bimbingan bagi setiap individu peserta didik ke arah
keberhasilan belajarnya.
REFERENSI :
Suhada,
Idad dan Heri Gunawan. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Insan
Mandiri.
Ahmadi, Abu dan Munawar Soleh. 2005. Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Comments
Post a Comment