MAKALAH
PROSES
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN INDIVIDU II
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Perkembangan
Peserta Didik
Dosen :
Dra. Yuyun
Yulianingsih, M.P.d.
Disusun Oleh
:
Hazmi Fauzi
(1142080031)
Semester 2 A
PRODI
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN
GUNUNG DJATI BANDUNG
2015
1.
Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak
Proses tumbuh kembang
anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan, yaitu :
1.
Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intenlegensia pada seorang anak akan meyertai pertumbuhan otak dan
serabut saraf.
2.
Pertumbuhan dan perkembangan tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu
tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagi contoh,
seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa sendiri. Seorang anak
tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang
terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini
merupakan masa kritis karena kan menentukan perkembangan selanjutnya.
3.
Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan
mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun
perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4.
Pertumbuhan berkolerasi dengan perkembangan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat,
perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar,
asosiasi dan lain-lain. Anak sehat bertambah umur, bertambah berat dan
tinggi badanya serta bertambah kepandaianya
5. Perkembangan
mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang
tetap, yaitu:
- Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal atau anggota tubuh (pola sefakaudal).
- Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembangan ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
- Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
2. Tahap- Tahap Pertumbuhan dan
Perkembangan
1. Tahap Bayi
Bayi sangat membutuhkan air susu ibu (ASI).
Sebaiknya ASI diberikan pada bayi selama dua tahun sejak kelahiran. Hal ini karena
bayi sangat membutuhkan ASI sejak tahun pertama kehidupannya. Pada usia balita
terjadi pertumbuhan sel-sel otak, sehingga diperlukan makanan yang bergizi.
Seiring dengan bertambahnya usia, bayi akan
belajar duduk, merangkak, berdiri dan berjalan. Otak tumbuh membesar dan bayi
mulai berbicara. Umumnya, bayi mulai brjalan dan berbicara sekitar usia 1
tahun. Pada usia 3 tahun, anak-anak mulai berbicara kalimat pendek. Menjelang
usia 10 tahun anak-anak mulai mencari teman mereka juga sudah tahu bagaimana berbagi,
melakukan tugas mereka dan bekerja sama.
2. Tahap Anak
Periode perkembangan anak dimulai saat
menginjak usia 2 tahun sampai 6 tahun,
atau lebih sering disebut masa prasekolah.pada masa perkembangan ini,umumnya
anak akan terlihat lebih aktif sehingga sering kali ditafsirkan anak
berkelakuan bandel atau nakal, sikap bandel atau anak disebabkan oleh
meningkatnya rasa keingin tahuan anak sebagai akibat dari perkembangan otak
dalam mengamati lingkungan sekitar. Sehingga anak sering menuntut kebebasan untuk
mengekspresikan apa yang dirasakan.
3. Tahap Remaja (Pubertas)
Pertumbuhan dan perkembangan manusia menjadi
dewasa atau bisa disebut dengan masa pubertas. Dimana anak dipersiapkan untuk
mampu menjadi individu yang dapat melaksanakan tugas biologis dengan melanjutkan
keturunannya atau berkembang biak.
Perubahan biologis tersebut berupa dengan mulai bekerjanya organ-organ
reproduktif dan disertai dengan perubahan-perubahan yang psikologis.
4. Tahap Dewasa
Sebagai seorang individu yang sudah tergolong
dewasa, peran tanggung jawabnya tentu makin bertambah besar. Penampilan
fisiknya bener-benar matang sehingga ia dapat melakukan tugas-tugas seperti
orang dewasa lainnya, contohnya itu seperti bekerja, menikah dan mempunyai
anak. Ia dapat bertindak dak bertanggung jawab untuk dirinya dan orang lain
(termasuk keluarganya)
5. Tahap Usia Lanjut
Pada usia tingkat kedewasaan menengah (40-65
th) manusia mencapai puncak periode usia
yang paling produktif. Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dan proses
penuaan.
Dari penjelasan diatas tampak perbedaan tahap
dari stia pertumbuhan dan perkembangan dari sejak bayi sampai lanjut usia.
Kebutuhan manusia disetiap perkembangannya berbeda-beda. Misalnya, pada saat
tahap bayi, belum bisa makan makanan yang keras karena belum tumbuh gigi.
Sehingga hanya makanan yang lunak dan agak cair yang dimakan. Namun ketika
memasuki masa anak-anak, makanan yang dapat dimakan sudah mulai bertambah.
Begitupun seterusnya hingga dewasa dan lanjut usia.
3. Pola-Pola Perkembangan Afektif
Pada Manusia
Seorang ahli teori psikoanalisa dan sekaligus seorang pendidik, Erik H.
Erikson mengemukakan bahwa perkembangan manusia adalah sinfesis dari
tugas-tugas perkembangan dan tugas-tugas sosial. Teorinya itu kemudian
diterbitkan Sebagai bukunya yang pertama dengan judul Childhood and Society.
Dikemukakannya bahwa perkembangan afektif merupakan dasar perkembangan manusia.
Erikson melahirkan teori perkembangan afektif yang terdiri atas delapan tahap.
1. Trust vs
Mistnis/ Kepercayaan dasar (0,0 - 1,0 th)
Bayi yang kebutuhannya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya segera
terhapus, selalu dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya, diajak main dan
bicara, akan tumbuh perasaanya bahwa dunia ini tempat yang aman dan orang-orang
di sekitarnya yang selalu bersedia menolong dan dapat dijadikan tempat ia
menggantungkan nasibnya. Jika pemeliharaan terhadap bayi itu tidak menetap,
tidak memadai sebagaimana mestinya, serta terkandung didalamnya sikap-sikap
menolak, akan tumbuhlah pada bayi itu rasa takut serta ketidak-percayaan yang
mendasar terhadap dunia sekelilingnya dan terhadap orang-orang di sekitarnya.
2. Autonomy vs
Shame and Doubt/Otonomi (1,0 - 3,0 th)
Pada tahap ini Erikson melihat munculnya autonomy. Dimensi autonomy ini
timbulnya karena adanya kemampuan motoris dan mental anak. Pada saat ini bukan
hanya berjalan, tetapi juga memanjat, menutup membuka menjatuhkan, menarik dan
mendorong, memegang dan melepaskan.
jika orang dewasa yang mengasuh dan membimbing anak tidak sabar dan
selalu membantu mengerjakan segala sesuatu yang sesungguhnya dapat
dikerjakannya sendiri oleh anak itu, maka akan tumbuh pada anak itu rasa;
malu-malu dan ragu-ragu, orang tua yang terlalu melindungi dan selalu mencela
hasil pekerjaan anak-anak, berarti telah memupuk rasa malu dan ragu yang
berlebihan sehingga anak tidak dapat mengendalikan dunia dan dirinya sendiri.
jika anak meninggalkan masa perkembangan ini dengan autonomi yang lebih
kecil daripada rasa malu dan ragu, ia akan mengalami kesulitan untuk memperoleh
autonomi pada masa remaja dan masa dewasanya.
3. Initiatives vs
Guilt/Inisiatif (3,0 - 5,0 th)
Pada masa ini anak sudah menguasai badan dan geraknya. ia dapat
mengendarai sepeda roda tiga, dapat lari, memukul, memotong, inisiatif anak
akan lebih terdorong dan terpupuk bila orang tua memberi respons yang baik
terhadap keinginan anak untuk bebas dalam melakukan kegiatan-kegiatan motoris
sendiri.
4. Industry vs
Inferiority/Produktivitas (6,0-11,0 th)
Anak mulai berpikir deduktif, bermain dan belajar menurut peraturan yang
ada. Dimensi psikososial yang muncul pada masa ini adalah: sense of industry
(rasa ingin membuat) dan sense of inferiority (rasa tidak mampu).
Anak didorong untuk membuat, melakukan dan mengerjakan dengan
benda-benda yang praktis dan mengerjakannya sampai selesai sehingga
menghasilkan sesuatu, berdasarkan hasilnya mereka dihargai dan di mana perlu
diberi hadiah. Dengan demikian rasa/sifat ingin menghasilkan sesuatu dapat
dikembangkan pada usia sekolah dasar ini. Dunia anak bukan hanya lingkungan
rumah saja melainkan mencakup juga lembaga-lembaga lain yang mempunyai peranan
penting dalam perkembangan individu.
5. Identity vs Role
Confusion/Identitas (12,0 - 18,0 th)
Menurut Erikson pada tahap ini dimensi interpersonal yang muncul adalah:
ego identity dan role confusion. Pada masa ini remaja harus dapat
mengintegrasikan apa yang telah dialami dan dipelajarinya tentang dirinya
Sebagai anak, siswa, teman, anggota pramuka, dan lain sebagainya menjadi satu
kesatuan sehingga menunjukkan kontinuitas dengan masa lalu dan siap menghadapi
masa datang. Peran orang tua yang pada masa lalu berpengaruh secara langsung
pada krisis perkembangan, maka pada masa ini pengaruhnya tidak langsung. Jika
anak mencapai masa remaja dengan rasa terima kasih kepada orang tua, dengan
penuh kepercayaan, mempunyai autonomy, berinisiatif, memiliki sifat-sifat
industry, maka kecepatannya keapda ego identity sudah berkembang.
6. Intimacy vs
Isolation/Keakraban (19,0 - 25,0 th)
Yang dimaksud dengan intimacy oleh erikson selain hubungan antara suami
istri adalah juga kemampuan untuk berbagai rasa dan memperhatikan orang lain.
Pada tahap ini pun keberhasilan tidak bergantung secara langsung kepada orang
tua. Jika intimacy ini tidak terdapat diantara sesama teman atau suami istri,
menurut Erikson, akan terdapat apa yang disebut isolation, yakni kesendirian
tanpa adanya orang lain untuk berbagai rasa dan saling memerhatikan.
7. Generativity vs
Self Absorption/ Generasi Berikut (25,0 - 45,0 th)
Generativity berarti bahwa orang mulai memikirkan orang-orang lain di
luar keluarganya sendiri, memikirkan generasi yang akan datang serta hakikat
masyarakat dan dunia tempat generasi itu hidup. Generativity ini bukan hanya
terdapat pada orang tua (ayah Dan ibu). Tetapi terdapat pula pada
individu-individu yang secara aktif memikirkan kesejahteraan kaum muda serta
berusaha membuat tempat bekerja yang lebih baik untuk mereka hidup.
8. Integrity vs
Despair/integritas (45,0 – th)
Pada tahap ini usaha-usaha yang pokok pada individu sudah mendekati
kelengkapan, dan merupakan masa-masa untuk menikmati pergaulan dengan
cucu-cucu. Integrity timbul dari kemampuan individu untuk melihat kembali
kehidupannya yang lalu dengan kepuasan. Sedangkan kebalikannya adalah despair,
yaitu keadaan dimana individu yang menengok ke belakang dan meninjau kembali
kehidupannya masa lalu Sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan arah, serta
disadarinya bahwa jika ia memulai lagi sudah terlambat.
4. Pola
Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Setiap manusia yang diciptakan
oleh tuhan mempunyai kemampuan berpikir. Dan tingkat kemampuan berpikir itu
berbeda-beda. Yang tergantung dengan tingkat usia dan kematangan psikisnya.
Menurut jean piaget ada 3 tahap perkembangan kognitif manusia
1. Tahap Sensorimotor
Dari lahir hingga 2 tahun. Pola pikir yang
muncul ini masih dalam tahap terikat pada panca indra. Bayi akan memakai panca
indranya untuk mencoba mengikuti segala sesuatu yang dilakukan di sekitarnya.
Contohnya seperti apabila kita menggoyang-goyangkan mainan di depannya maka
bayi tersebut akan menggerakan matanya ke arah kanan da kiri
2. Tahap Berpikir Pra-Operasional
Dari 2-7 tahun. Dalam tahap ini anak mulai
belajar berbicara dengan meniru kata-kata yang dibicarakan oleh orang yang ada
di sekitarnya, walaupun kata-kata yang diucapkan itu tidak dapat dimengerti
oleh anak tersebut. Dan anak tersebut akan mengalami perkembangan dengan
menunjukkan kemampuannya dalam berfikir dan berhitung secara sederhana.
3. Tahap Operasional Konkret
Dari 7-11 tahun. Dalam tahap ini, anak sudah
mampu berpikir untuk memecahkan masalah dengan konkret. Anak sudah dapat
membedakan waktu, jumlah dan mengetahui hubungan sebab-akibat tanda-tanda ini
akan ditunjukkan dengan senangnya anak pada permainan, contohnya seperti
permainan kelereng . permainan ini biasanya dilakukan oleh anak yang formal (sekolah dasar)
4. Tahap Operasional Formal
Dari 11-16. Dalam tahap ini anak sudah memasuki
tarap berpikir yang baik. Anak sudah mampu berfikir abstrak atau hal-hal diluar
dunia nyata , dan anak ini juga mulai berfikiran kritis dengan mencoba memiliki
pendapat yang berbeda dengan orang lain.
5. Tahap Operasional Formal (Remaja)
Dari 12-24 tahun.seorang remaja sudah mampu
berfikir dengan kritis artinya kritis tersebut itu bahwa remaja tersebut mampu
menganalisa segala sesuatu, keadaan, permasalahan dengan pikiran yang sehat dan
benar.
5. Tugas-Tugas
Perkembangan
Proses kehidupan individu terbentang
dari mulai fase usia kandungan sampai dengan fase usia tua. Dalam menempuh
setiap usia fase tersebut, terdapat tugas-tugas perkembangan yang seyogyanya
dijalani atau dihadapi oleh setiap individu. Tugas-tugas perkembangan ini
berkaitan erat dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaaan,
pengalaman beragama, dan hal lainnya Sebagai prasyarat untuk pemenuhan
kebahagiaan hidupnya.
Havighurst (1961:2) mengartikan tugas-tugas perkembangan
Sebagai berikut.
Tugas perkembangan itu merupakan
suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu,
yang apabila tugas itu berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan
kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka
akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan,
menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas
berikutnya.
Tugas
Pada Setiap Periode Perkembangan
A. Tugas
Perkembangan Masa Bayi dan Anak Prasekolah
1. Belaajr memakan
makanan padat.
2. Belajar
berjalan.
3. Belajar
berbicara.
4. Belajar
mengendalikan pembuangan kotoran tubuh.
5. Belajar mengenal
perbedaan jenis kelamin.
6. Mencapai
kestabilan fisik.
7. Belajar mengenal
konsep-konsep sederhana tentang kenyataan alam dan sosial.
8. Belajar
membedakan baik-buruk, benar-salah, atau mengembangkan kata hati.
B. Tugas
Perkembangan Anak Usia Sekolah
1. Belajar
memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
2. Belajar
mementingkan sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri Sebagai makhluk
biologis.
3. Belajar bergaul
dengan teman sebaya.
4. Belajar
memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminya.
5. Belajar
keterampilan dasar membaca, menulis, dan menghitung.
6. Belajar
mengembangkan konsep sehari-hari.
7. Mengembangkan
kata hati.
8. Belajar
memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri).
9. Mengembangkan
sikap positif terhadap kelompok sosial.
C. Tugas
Perkembangan Remaja
1. Mencapai
kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
2. Mencapai
kematangan berperilaku etis.
3. Mencapai
kematangan emosi.
4. Mencapai
kematangan intelektual.
5. Memiliki
kesadaran tanggung jawab sosial.
6. Mencapai
kematangan perkembangan pribadi.
7. Mencapai
kematangan hubungan dengan teman sebaya.
8. Memiliki
kemandirian perilaku ekonomis.
9. Mencapai
kematangan dalam pilihan karier.
10. Mencapai
kematangan dalam kesiapan diri untuk menikah dan hidup berkeluarga (khsusunya
remaja akhir).
D. Tugas
Perkembangan Dewasa Awal
1. Memilih pasangan
hidup .
2. Belajar hidup
dengan psangan nikah.
3. Memulai hidup
berkeluarga.
4. Memelihara anak.
5. Mengelola rumah
tangga.
6. Mulai bekerja.
7. Bertanggung
jawab Sebagai warga negara dan
8. Menemukan
kelompok sosial yang serasi.
E. Tugas Perkembangan
Dewasa Pertengahan
1. Mencapai
tanggung jawab sosial Sebagai warga negara.
2. Membantu remaja
belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.
3. Mengembangkan
kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang.
4. Menghubungkan
diri sendiri dengan pasangan hidup Sebagai suatu individu.
5. Menerima dan
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis.
6. Mencapai dan
mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier pekerjaan.
7. Menyesuaikan
diri dengan orang tua yang semakin tua.
F. Tugas
Perkembangan Dewasa Akhir (Masa Tua)
1. Menyesuaikan
diri dengan menurunya kekuatan fisik dan kesehatan.
2. Menyesuaikan
diri dengan masa pensiun dan menurunnya penghasilan keluarga.
Referensi :
Suhada,
Idad dan Heri Gunawan. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Insan
Mandiri.
Yusuf
L.N, Syamsu dan Nani M. Sugandhi. 2012. Perkembangan Peserta Didik.
Depok: Raja
Grafindo Persada.
Comments
Post a Comment