MAKALAH
INDIVIDU DAN
KELUARGA
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar
Dosen :
Drs. Idad
Suhada, M.Pd
Buhori
Muslim, M.Pd
Disusun Oleh
:
Kelompok 6
Anggota :
Andri
Andriansyah (1142080007)
Hazmi Fauzi
( 1142080031)
PRODI
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN
GUNUNG DJATI BANDUNG
2015
Individu dan keluarga
1.
Pengertian Individu
Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil.
Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah merupakan
individu dalam kelompok sosial tersebut, yang sudah tidak dapat dibagi lagi ke
dalam satuan yang lebih kecil.
Pada dasarnya, setiap
individu memiliki ciri-ciri yang berbeda.Individu yang saling bergabung akan
membentuk kelompok atau masyarakat. Individu tersebut akan memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok dimana dirinya bergabung.
Kata ”Individu”
berasal dari kata latin, ”Individuum” artinya ”Yang Tidak Terbagi”.
Maksud dari ”yang tidak terbagi” di sini adalah bukan manusia sebagai suatu
keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas,
yaitu sebagai manusia perseorangan. Jadi, Individu adalahSeorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan dalam
lingkungan sosial saja, melainkan memiliki kepribadian dan pola tingkah laku
yang khas. Berkaitan antara individu dengan individu lainnya, suatu
individu dapat dikatakan sebagai manusia apabila pola tingkah lakunya hampir
identik atau sama dengan pola tingkah laku kelompok sosialnya sehingga
muncullah sebuah proses individualitas atau aktualisasi diri. Proses
individualitas ini merupakan sebuah proses yang dapat meningkatkan ciri-ciri
individualitas seseorang sampai pada dirinya sendiri. Oleh karena itu, individu
merupakan pribadi yang khas menurut corak kepribadiannya atau pola tingkah
lakunya. Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri
sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan di dalam dirinya selalu
dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi Raga, Rasa, Rasio, dan
Rukun.
- Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama.
- Rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan
- Rasio, atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima oleh panca indera.
- Rukun atau Pergaulan Hidup, bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun inilah yang dapat membantu manusia membentuk suatu kelompok social yang sering disebut masyarakat.
2. Pertumbuhan
Individu
Perumbuhan adalah suatu perubahan
yang menuju ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa. Perubahan ini lazimya
disebut dengan istilah proses (Abu Ahmadi, 1991:76). Ada beberapa pendapat
bahwa pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi. Pada proses asosiasi
yang primer adalah bagian-bagian. Bagian-bagian yang ada terlebih dahulu,
sedang keseluruhan ada pada kemudian. Bagian-bagian ini terikat satu sama lain
menjadi keseluruhan asosiasi. Jadi proses asosiasi yaitu terjadinya perubahan
pada seseorang secara tahap demi tahap karena pengaruh baik dan pengalaman atau
empiri luar melalui pancaindera yang menimbulkan sensations maupun pengalaman
dalam mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflexions.
Adapun aliran psikologi gestalt
berpendapat bahwa pertumbuhan adalah proses diferensiasi. Dalam proses
diferensiasi yang pokok adalah keseluruhan, sedang bagian-bagian hanya
mempunyai arti sebagai bagian dari keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan
bagian-bagian yang lain.
Tahapan pertumbuhan individu sejak lahir sampai masa
dewasa atau masa kematangan menurut psikologi melalui beberapa fase sebagai
berikut:
1. Masa
vital yaitu 0.0 sampai kira-kira 2,0 tahun.
Pada masa vital ini individu
menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya.
Menurut freud tahapan pertama dalam kehidupan inividu itu sebagai masa oral,
karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan ketidak-nikmatan.
2. Masa
estetik dari umur kira-kira 2,0 tahun sampai kira-kira 7,0 tahun.
Masa estetik ini dianggap sebagai
masa pertumbuhan masa keindahan. Sebenarnya kata estetik diartikan bahwa pada
masa inipertumbuhan anak yang terutama adalah fungsi pancaindra.
3. Masa
intelektual (masa keserasian bersekolah) dari kira-kira umur 7,0 tahun sampai
kira-kira umur 13,0 atau 14,0 tahun.
Setelah anak melewati masa
kegoncangan yang pertama, maka proses sosialisasinya telah berlangsung dengan lebih
efektif, sehingga menjadi matang untuk dididik daripada masa-masa sebelum dan
sesudahnya.
4. Masa
remaja kira-kira umur 13,0 tahun atau 14,0 tahun sampai kira-kira umur 20,0
tahun atau 21,0 tahun.
Masa reamja merupakan masa yang
banyak menarik perhatian masyarakat karena mempunyai sifat-sifat khas dan yang
menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakatnya. Karena manusia dewasa
harus hidup dalam alam kultur dan harus dapat menempatkan dirinya diantara
nilai-nilai (kultur) itu maka perlu mengenal dirinya sebagai pendukung maupun
pelaksana nilai-nilai. Pada dasarnya ini masih dirinci ke dalam beberapa masa,
yaitu :
a. Masa pra
remaja
Pada masa ini terdapat beberapa
gejala yang dianggap sebagai gejala negatif misalnya tidak tenang, kurang suka
bekerja, kurang suka bergerak, lekas lelah, kebutuhan tidur besar, hati sering
murung, pesimistik dan non sosial.
b. Masa
remaja
Sebagai gejala pada masa ini adalah
merindu puja. Dalam fase ini (masa negatif) untuk pertama kalinya remaja sadar
akan kesepian yang tidak pernah dialaminya pada masa-masa sebelumnya. Kesejukan
di dalam penderitaan yang nampaknya tidak ada orang yang dapat mengerti dan
memahaminya dan menerangkannya. Sebagai reaksi pertama-tama terhadap gangguan
ketenangan dan keamanan batinnya ialah protes terhadap sekitarnya yang
dirasanya tiba-tiba bersikap mentelantarkan dan memusuhinya.
c. Masa
usia mahasiswa
Masa umur mahasiswa dapat digolongkan
pemuda-pemuda yang berusia sekitar 18,0tahun sampai 30,0 tahun. Mereka dapat dikelompokkan
pada masa remaja akhir sampai dewasa awal atau dewasa madya.
Pada masa usia mahasiswa banyak
peristiwa-peristiwa yang perlu untuk diperhatikan, antara lain yaitu : bila
dilihat dari segi pertumbuhan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini
adalah pemantapan pendirian hidup, yaitu pengujian lebih lanjut pendirian hidup
serta penyiapan diri dengan keterampilan dan kemampuan-kemampuan yang digunakan
untuk merealisasikan pendirian hidup yang telah dipilihnya.
Mahasiswa akan mengalami perubahan
secara perlahan dengan sikap hidup yang idealistik ke sikap hidup yang
realistik. Dengan demikian keinginan-keinginan yang kurang realistik dalam
dirinya dan realitas dalam lingkungannya telah diganti dengan yang lebih
berdasar kepada realisitik.
Manusia sebagai individu selalu
berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus menerangkannya untuk
menjadi pribadi. Proses dari individu untuk menjadi pribadi, tidak hanya
didukung dan dihambat oleh dirinya, tetapi juga didukung dan dihambat oleh kelompok
sekitarnya. (Abu Ahmadi, 991: 79-87)
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan
Dalam membahas pertumbuhan ada bermaca-macam aliran, namun
pada garis besarnya dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu :
1. Pendirian
Nativistik
Menurut golongan ini, bahwa
pertumbuhan individu itu ditentukan semata-mata oleh faktor-faktor yang dibawa
sejak lahir.
2. Pendirian
Empiristik dan Environmentalistik
Berbeda dengan nativistik, aliran
ini berpendirian bahwa pertumbuhan
individu semata-mata tergantung pada lingkungan sedang dasar tidak berperanan
sama sekali. Pendirian ini menolak dasar dalam pertumbuhan individu dan lebih
menekankan pada lingkungan dan konsekuensinya hanya lingkunganlah yang banyak
dibicarakan. Oleh karena itu pendirian ini disebut juga environmentalistik.
Pada hakekatnya, pendirian kelanjutan dari faham empirisme.
3. Pendirian
Konvergensi dan Interaksionisme
Konsep konvergensi ialah konsepsi
interaksionisme yang berpandangan dinamis yang menyatakan bahwa interaksi
antara dasar dan lingkungan dapat menentukan petumbuhan individu. Nampak lain
dengan konsepsi konvergesi yang berpandangan statis yaitu menganggap
pertumbuhan individu ditentukan oleh dasar (bakat) dan lingkungan. (Abu Ahmadi,
1991: 77-79)
3.Pengertian Keluarga
Keluarga
berasal dari Bahasa Sansekerta "Kulawarga". Kata kula
berarti "Ras" dan warga yang berarti "Anggota"
Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah Individu
memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di
antara individu tersebut.
Pengertian Keluarga adalah Unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut
Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi
yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di
hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan
Tipe keluarga.
Ada
beberapa tipe keluarga yaitu :
- Keluarga Inti yang terdiri dari Suami, Istri, dan anak atau anak-anak,
- Keluarga Konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.
- Keluarga Luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek. Peranan keluarga Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.
4. Fungsi
– Fungsi keluarga
Individu individu itu pada mulanya berinteraksi dan
tumbuh di dalam keluarga. Setelah sebuah keluarga terbentuk, anggota keluarga
yang ada didalamnya memiliki tugas masing-masing. Suatu pekerjaan yang harus
dilakukan dalam kehidupan keluarga, biasanya disebut fungsi. Fungsi keluarga
adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam atau di luar
keluarga itu.
Terdapat fungsi keluarga, diantaranya :
A. Fungsi
biologis
Fungsi ini berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan
seksual suami istri.
B. Fungsi
Sosialisasi Anak
Fungsi ini menunjuk pada peranan keluarga dalam
membentuk kepribadian anak.
Salah satu kebutuhan dasar manusia ialah kebutuhan
kasih sayang atau rasa dicintai. Fungsi afeksi adalah fungsi dalam keluarga
yang berperan dalam hal tersebut.
D. Fungsi edukatif
Keluarga merupakan guru pertama dalam mendidik
manusia. Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan seorang anak, mulai dari
belajar jalan-jalan, hingga mampu berjalan.
E. Fungsi Religius
Dalam masyarakat indonesia dewasa ini, fungsi keluarga
semakin berkembang, di antaranya fungsi keagamaan yang mendorong
dikembangkannya keluarga dan seluruh anggotanya menjadi insan-insan agamis yang
penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
F. Fungsi Protektif
Keluarga merupakan tempat yang nyaman bagi para
anggotanya, sehingga terciptanya rasa saling menjaga.
G. Fungsi Rekreatif
Fungsi ini bertujuan untuk memberikan suasana yang
segar dan gembira dalam lingkungan keluarga.
H. Fungsi Ekonomis
Fungsi ini semakin pudar berkat canggihnya teknologi
yang telah menyediakan berbagai peralatan rumah tangga. Kini, keluarga
merupakan suatu kesatuan konsumsi ekonomis yang dipersatukan oleh
persahabatan.
I. Fungsi Penentuan Status
Dalam sebuah keluarga, seorang menerima serangkaian
status, baik ditentukan berdasarkan umur, urutan kelahiran, dan sebagainya.
5. Bentuk-Bentuk
Keluarga
Keluarga
dibagi menjadi beberapa bentuk berdasarkan garis keturunan, jenis perkawinan,
pemukiman, jenis anggota keluarga dan kekuasaan.
a. Berdasarkan Garis Keturunan
1.
Patrilinear adalah keturunan sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ayah.
2.
Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa ganerasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
b. Berdasarkan Jenis Perkawinan
1.
Monogami
adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan seorang istri.
2.
Poligami
adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan lebih dari satu istri.
c. Berdasarkan Pemukiman
1.
Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan
keluarga sedarah suami.
2.
Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan
keluarga satu istri
3.
Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami
maupun istri.
d. Berdasarkan Jenis Anggota Keluarga
1.
Keluarga
inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak.
2.
Keluarga
besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambahkan dengan sanak
saudara. Misalnya : kakak, nenek, keponakan, dan lain-lain.
3.
Keluarga
Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4.
Keluarga
Duda/janda (Single Family) dalah keluarga yang terjadi karena perceraian
atau kematian.
5.
Keluarga
berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama.
6.
Keluarga
Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang terjadi tanpa pernikahan
tetapi membentuk suatu keluarga.
e. Berdasarkan Kekuasaan
1.
Patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah dipihak ayah.
2.
Matrikal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak ibu.
3.
Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah dan ibu.
6. Hubungan Individu dengan Keluarga
Individu memiliki hubungan mutlak dengan keluarga, ia dilahirkan
dari keluarga, tumbuh dan berkembang untuk kemudian membentuk sendiri keluarga
batihnya. Terjadi hubungandengan ayah,ibu,kakek,nenek, paman,bibi,kakak, dan
adik. Hubungan ini dapat dilandasi oleh nilai, norma, dan aturan yang melekat
pada keluarga yang bersangkutan. Dengan adanya hubungan antara keluarga ini,
individu pada akhirnya memiliki hak dan kewajiban yang melekat pada dirinya
dalam keluarga.
Dengan orang tua, dengan saudara-saudara sekandung, terjalin relasi
biologis yang disusul oleh relasi psikologis dan sosial pada umumnya.
Peranan-peranan dari setiap anggota keluarga merupakan hasil dari relasi
biologis, psikologis dan sosial. Relasi khusus oleh kebudayaan lingkungan
keluarga dinyatakan melalui bahasa, adat istiadat, kebiasaan, norma-norma,
bahkan nilai-nilai agama.
Ada
beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap keluarga, diantaranya:
1.
Status Sosial Ekonomi Keluarga
2.
Faktor Kebutuhan Keluarga
3.
Sikap dan Kebiasaan Orangtua
Daftar Pustaka
Wahyu,
Ramdani. 2008. ISD ( Ilmu Sosial Dasar). Bandung : Pustaka Setia.
Suhada,
Idad. 2013. Ilmu Sosial Dasar. Bandung : Pustaka UIN Bandung.
Alvian,
Fajar. Pengertian Individu, keluarga dan masyarakat. 2 Februari
2015.http://fajar-alvian.blogspot.com/2011/10/pengertian-individu-keluarga-dan.html
Riadi,
Muchlisin. Definisi Fungsi dan Bentuk Keluarga. 2 Februari 2015. http://www.kajianpustaka.com/2012/11/definisi-fungsi-dan-bentuk-keluarga.html
Comments
Post a Comment