OBSERVASI
LABORATORIUM KIMIA
SMA NEGERI 24 BANDUNG
LAPORAN PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu tugas terstruktur
mata kuliah Pengelolaan
Laboratorium
Dosen Pembimbing:
Dr. Hj. Yunita, M.Pd.
Sari, S.Pd.
Disusun Oleh:
Rifatul Qiftiyah (1132080065)
Suharyadi (1132080078)
Kelas II B
PRODI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SGD BANDUNG
2014
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah swt. yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa
kita panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafaatnya
di hari akhir nanti, amin.
Penyusunan laporan penelitian ini dibuat guna memenuhi tugas
mata kuliah Pengelolaan Laboratorium. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan penelitian
ini, kepada Ibu Dr.
Hj. Yunita, M.Pd. dan Ibu Sari, S.Pd. yang telah membimbing dan mendukung dalam penyelesaian
laporan penelitian ini.
Penulis menyadari penyusunan laporan penelitian belum sempuna.
Oleh sebab itu, penulis memohon kepada pembaca atas kritik dan saran guna melengkapi
dan perbaikan di masa mendatang. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat
dalam menambah wawasan bagi pembaca pada umumnya dan penulis sendiri secara
khusus.
Bandung, Juni
2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Laboratorium dan jenis
peralatannya merupakan sarana dan prasana penting untuk menunjang proses
pembelajaran di sekolah. Laboratorium
adalah suatu tempat dimana percobaan dan penyelidikan dilakukan. Dalam arti
sempit, laboratorium sebagai tempat berupa gedung yang dibatasi oleh dinding
dan atap yang di dalamnya terdapat sejumlah alat dan bahan praktikum. Dalam
pendidikan sains kegiatan laboratorium merupakan bagian integral dari kegiatan
belajar mengajar, khususnya kimia.
Setiap satuan
pendidikan wajib memiliki prasana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang unit produksi, ruang kantin, tempat
olahraga, beribadah, bermain, berkreasi, dan tempat lain yang diperlakukan
untuk menunjang proses
pembelajaran.
Standar
keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA),
laboratorium bahasa, laboratorium komputer, dan peralatan pembelajaran lain
pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimal
peralatan yang harus tersedia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya
peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan sains.
I.2 Rumusan
Masalah
Rumusan masalah penelitian ini, yaitu:
a.
Bagaimana kelengkapan laboratorium?
b.
Bagaimana organisasi laboratorium?
c.
Bagaimana penataan alat di laboratorium?
d.
Bagaimana pengetahuan bahan kimia?
e.
Bagaimana kelengkapan administrasi?
f.
Bagaimana keselamatan kerja di laboratorium?
I.3 Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu:
a.
Mengetahui kelengkapan laboratorium.
b.
Mengetahui organisasi laboratorium.
c.
Mengetahui penataan alat di laboratorium.
d.
Mengetahui pengetahuan bahan kimia.
e.
Mengetahui kelengkapan administrasi.
f.
Mengetahui keselamatan kerja di laboratorium.
I.4 Waktu
dan Tempat Penelitian
Waktu dan tempat penelitian ini,
yaitu:
hari :
Senin - Selasa
tanggal :
5 - 6 Mei 2014
waktu :
11.00 WIB s.d. selesai
tempat :
SMA Negeri 24 Bandung
I.5 Metode
Penelitian
Metode yang
dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Observasi; yaitu mengamati secara
langsung keadaan laboratorium dari berbagai aspek dikaitkan dengan konsep pengelolaan
laboratorium yang telah dipelajari.
b. Wawancara; yaitu bertanya secara
langsung kepada guru yang bersangkutan mengenai hambatan, kritik, saran dan harapan
terhadap laboratorium yang ada sekarang.
c. Dokumentasi; yaitu mengambil gambar
beberapa bagian laboratorium untuk melengkapi hasil pengamatan.
I.6 Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini dilakukan dengan membagi
tulisan menjadi empat bagian, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi
teori tentang penjelasan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi
tentang konsep umum mengenai laboratorium dan cara pengelolaanya dilihat dari segi tata ruang, keselamatan
kerja, dan berbagai ilmu kimia yang berhubungan.
BAB III PEMBAHASAN
Bab
ini berisi tentang pembahasan kelengkapan
laboratorium, organisasi
laboratorium,
penataan alat di laboratorium, pengetahuan bahan kimia, kelengkapan administrasi, dan keselamatan kerja.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai kesimpulan yang
dapat ditarik berdasarkan pembahasan dari tinjauan pustaka yang disampaikan dan
saran yang dapat diberikan untuk menunjang perbaikan selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Pengertian
Laboratorium
Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen,
pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat
untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Menurut
Emha (2002), laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan
percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika,
kimia, dan biologi atau bidang ilmu lain.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), laboratorium diartikan sebagai tempat
mengadakan percobaan, penyelidikan, dan sebagainya. Menurut Soejitno (1983)
laboratorium dapat diartikan dalam bermacam-macam segi, yaitu:
a.
Laboratorium dapat merupakan wadah,
yaitu tempat, gedung, ruang dengan segala macam peralatan yang diperlukan untuk
kegiatan ilmiah. Dalam hal ini laboratorium dilihat sebagai perangkat keras (hardware).
b.
Laboratorium dapat merupakan sarana
media dimana dilakukan kegiatan belajar mengajar. Dalam pengertian ini
laboratorium dilihat sebagai perangkat lunaknya (software).
c.
Laboratorium dapat diartikan sebagai
pusat kegiatan ilmiah untuk menemukan kebenaran ilmiah dan penerapannya.
d.
Laboratorium dapat diartikan sebagai
pusat inovasi. Dengan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sebuah
laboratorium diadakanlah kegiatan ilmiah, eksperimentasi sehingga terdapat
penemuan-penemuan baru, cara-cara kerja, dan sebagainya.
Istilah laboratorium akhir-akhir ini menjadi sangat luas,
namun sebelum kita ikut menerjemahkan secara kebablasan maka lihat definisi
menurut Procter, (1981). Laboratorium adalah tempat atau ruangan dimana para
ilmuwan bekerja dengan peralatan untuk penyelidikan dan pengujian terhadap
suatu bahan atau benda. Sedangkan menurut ISO/IEC Guide 2 1986, laboratorium
adalah instansi atau lembaga yang melaksanakan kalibrasi dan atau pengujian.
Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu
tempat yang digunakan untuk melakukan percobaan maupun pelatihan yang
berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia atau bidang ilmu lain, yang
merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan
lain-lain.
II.2 Pengelolaan
Laboratorium
Pengertian pengelolaan adalah kegiatan menggerakkan
sekelompok orang, keuangan, peralatan, fasilitas dan atau segala obyek fisik
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu
yang diharapkan secara optimal. Pengelolaan laboratorium merupakan suatu proses
pendayagunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan
fungsi sumber daya. Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan
pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen
biologi, bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang
menjaga keberlanjutan fungsinya.
Pada dasarnya pengelolaan
laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna.
Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa
terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja.
Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu
tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja
mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu
bekerja di laboratorium dan penanganannya bila terjadi kecelakaan.
Selama ini pengelolaan laboratorium sekolah belum dapat
dilakukan sebagaimana mestinya. Bahkan terkesan ruang laboratorium yang
dibangun tidak berfungsi. Tidak sedikit ruangan yang dibangun bagi kegiatan
laboratorium sekolah ada yang berubah fungsi. Tentu saja hal tersebut sangat
disayangkan dan merugikan bagi berbagai pihak terutama siswa.
Banyak faktor-faktor yang menyebabkan bergesernya
laboratorium sebagai tempat untuk mengamati, menemukan, dan memecahkan suatu
masalah manjadi ruang kelas ataupun gudang, antara lain:
1.
Kurangnya kemampuan dalam mengelola laboratorium sekolah.
2.
Terbatasnya kemampuan guru dalam penguasaan mata pelajaran.
3.
Kurangnya pemahaman terhadap makna dan fungsi laboratorium
sekolah serta dan perbaikan sistem pembelajaran IPA. Ironisnya keberadaan
laboratorium sekolah dianggap membebani sehingga jarang dimanfaatkan sebagai
mana mestinya.
Untuk
itulah pemahaman tentang pengelolaan laboratorium sangat penting untuk dimilki
oleh pihak-pihak yang terkait dengan laboratorium, baik secara langsung maupun
tidak.
II.3 Tata Ruang
Laboratorium
Pemakai
laboratorium hendaknya memahami tata letak atau layout bangunan laboratorium.
Pembangunan suatu laboratorium tidak dipercayakan begitu saja kepada seorang
arsitektur bangunan. Bangunan laboratorium tidak sama dengan bangunan kelas.
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum membangun laboratorium. Faktor-faktor
tersebut antara lain lokasi bangunan laboratorium dan ukuran-ukuran ruang.
Persyaratan
lokasi pembangunan laboratorium antara lain tidak terletak pada arah angin yang
menuju bangunan lain atau pemukiman. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
penyebaran gas-gas berbahaya. Bangunan laboratorium tidak berdekatan atau
dibangun pada lokasi sumber air. Bangunan laboratorium jangan terlalu dekat
dengan bangunan lainnya. Lokasi laboratorium harus mudah dijangkau untuk
pengontrolan dan memudahkan tindakan lainnya misalnya apabila terjadi
kebakaran, mobil kebakaran harus dapat menjangkau bangunan laboratorium.
Selain
persyaratan lokasi, perlu diperhatikan pula tata letak ruangan. Ruangan laboratorium
untuk pembelajaran sains umumnya terdiri dari ruang utama dan ruang-ruang pelengkap. Ruang
utama adalah ruangan tempat para siswa atau mahasiswa melakukan praktikum. Ruang
pelengkap umumnya terdiri dari ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Ruang
persiapan digunakan untuk menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan
dipakai praktikum atau percobaan baik untuk siswa maupun untuk guru.
Laboratorium
harus ditata sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi dengan baik. Tata ruang
yang sempurna, harus dimulai sejak perencanaan gedung sampai pada pelaksanaan
pembangunan. Tata ruang yang baik mempunyai:
a.
pintu
masuk, pintu keluar, pintu darurat (emergency
exit).
b.
ruang
persiapan (preparation room).
c.
ruang
peralatan, ruang penangas (fume hood).
d.
ruang
penyimpanan (storage room).
e.
ruang
staf, ruang teknisi (technician room).
f.
ruang
bekerja (activity room).
g.
ruang
istirahat, ruang ibadah.
h.
ruang
prasarana kebersihan, ruang toilet.
i.
lemari
praktikan, lemari gelas (glass rack)
j.
lemari
alat-alat optik (optical rack)
k.
pintu
dan jendela diberi kawat kasa, agar serangga dan burung tidak dapat masuk ke
laboratorium.
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Kelengkapan
Laboratorium
Di SMA Negeri 24 Bandung terdapat
laboratorium kimia, fisika, dan biologi yang
mana tempat laboratorium tersebut ada pada satu ruangan yang cukup luas. Akan tetapi, untuk penataan, penyimpanan,
pengelolaan alat dan bahan dibedakan menurut
pelajaran masing-masing sehingga menempati tiga ruang yang berbeda sesuai
bidangnya tersendiri.
Ruang laboratorium khusus digunakan
untuk kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran yang memerlukan pembuktian secara langsung mengenai konsep-konsep dalam pembelajaran kimia. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah kelengkapan
sarana dan prasarana dalam laboratorium. Untuk kelengkapan
laboratorium kimia di SMA Negeri 24 Bandung sudah hampir semuanya tersedia seperti perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, dan perlengkapan
lain.
Kelengkapan perabot seperti kursi, meja, lemari, bak cuci sudah ada dan
dalam keadaan bagus. Dalam hal ini untuk meja terdapat meja kerja, meja demonstrasi, dan meja persiapan, sedangkan
untuk lemari ada lemari alat, lemari bahan, dan
lemari asam semuanya sudah lengkap dan
kondisi perabot dalam keadaan baik. Kelengkapan media pendidikan yaitu adanya
papan tulis dan di laboratorium SMA Negeri 24 Bandung juga disediakan LCD
sebagai pendukung dalam media pendidikan. Kondisi ruangan (penerangan, ventilasi, kebersihan, dan keamanan) juga baik, begitupun untuk
jaringan air dan listrik memadai.
Kapasitas laboratorium ini sudah memadai yang bisa menampung lebih dari 40 siswa atau satu kelas bisa melakukan praktikum secara
bersamaan. Akan tetapi, dalam kelengkapan labororatorium ini tidak ada tempat khusus untuk ruang timbang sehingga disediakan tempat tertentu dan saat praktikum
penimbangan dilakukan di atas meja yang terletak pada meja paling depan. Rak penyimpanan tas dan buku siswa saat praktikum juga belum ada, sehingga siswa-siswi yang akan praktikum harus menyimpan
tas dan bukunya di kelas masing-masing.
III.2 Organisasi Laboratorium
Guru kimia selain memberi pembelajaran kepada siswa, juga
harus mampu mengelola alat dan bahan, terlebih yang diberi tugas mengelola dan
mengorganisasi hingga semua pekerjaan dan keamanan dapat berjalan dengan baik.
Pengelola tidak hanya berhadapan dengan siswa yang diajarnya tetapi juga
berhadapan dengan guru-guru yang menggunakan laboratorium serta dengan kepala
sekolah yang menjadi penanggungjawab seluruh sekolah.
Kegiatan di laboratorium harus dilaksanakan dengan baik.
Beberapa komponen yang mempunyai wewenang sesuai dengan bidang, yaitu kepala
sekolah, wakasek kurikulum yang mengatur jadwal kegiatan, wakasek sarana
prasarana yang mengatur pembelian alat dan bahan, koordinator IPA (guru kimia,
fisika, dan biologi) yang mengkoordinasi guru mata pelajaran untuk mengusulkan
kepada penanggung jawab laboratorium dalam pengadaan alat dan bahan. Laboran
yang bertanggung jawab mempersiapkan dan menata kembali alat/bahan yang sudah
dipakai, dan siswa yang melakukan eksperimen. Penugasan ini diberikan setiap
tahun secara bergiliran.
Organisasi laboratorium dalam hal ini yaitu adanya peran
dari kepala sekolah, penanggung jawab teknis, koordinator laboratorium, adanya
tenaga teknisi dan petugas khusus kebersihan yang mempunyai peran, tugas, dan tanggung jawab
masing-masing. Adanya organigram dan tata tertib dalam laboratorium sangat dibutuhkan,
yang bertujuan melatih kedisiplinan
siswa bahkan semua yang bekerja di laboratorium. Kedisiplinan harus tetap
dijaga untuk kepentingan diri sendiri dan orang lain yang sama-sama bekerja,
karena terdapat bahan yang menimbulkan bahaya.
Di SMA Negeri 24 Bandung untuk kelengkapan
organisasi sudah ada, tetapi untuk laboran
dan tenaga teknisi belum ada tenaga ahli di bidangnya sehingga tugas dari laboran
dan tenaga teknisi ini masih dipegang oleh guru mata pelajaran kimia. Tentunya
guru kimia dalam hal ini dituntut untuk bekerja lebih rajin, karena selain sebagai
pengajar juga tenaga ahli di laboratorium. Dan antar petugas laboratorium harus saling
berkomunikasi.
III.3 Penataan Alat
Penataan alat sangat bergantung kepada fasilitas dan
kepentingan pemakaian. Fasilitas yang
dimaksud adalah adanya ruang penyimpanan
khusus, ruang persiapan, dan tempat-tempat penyimpanan seperti pengelompokan
alat berdasarakan jenis bahan dan lemari penyimpana alat. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menata alat dan bahan, yaitu:
1.
Menyimpan alat harus
dalam keadaan bersih;
2.
Mendata, memeriksa alat dan bahan sesuai dengan
jenis, jumlah, sifat fisik, harga, dan lain sebagainya;
3.
Mengelompokkan alat
dan bahan sesuai dengan kelompok mata pelajaran (Fisika, Kimia, dan Biologi) sesuai dengan katalog
yang dirujuk.
Alat-alat laboratorium IPA/Kimia umumnya terbuat dari
beberapa jenis bahan diantaranya kaca,
listrik, karet, porselen, dan
logam. Pada
penyimpanannya perlu diperhatikan alat-alat seperti dari kaca yang mudah pecah
karena benturan, sedangkan alat dari logam mudah terkena berkarat jika
berdekatan dengan bahan kimia tertentu. Di samping itu, berat ringannya alat-alat ikut
menentukan pula pada tempat penyimpanannya.
Di SMA Negeri 24 Bandung dalam pengelompokan alat
berdasarkan jenis bahan seperti kaca, karet, porselen dan logam sudah dilakukan akan tetapi untuk bahan listrik
belum dilakukan.
Pengelompokkan tersebut dimaksudkan agar mempermudah dalam mengambil ketika
dibutuhkan, tetapi penataan di laboratorium belum rapih dan jarang dibersihkan
sehingga ada beberapa alat yang berdebu dan kotor. Hal itu jika dibiarkan akan
mengakibatkan kerusakan atau tidak berfungsinya bagian tertentu dari alat
tersebut.
Lemari penyimpanan alat khusus untuk timbangan sudah ada
dan untuk power supply dan listrik
(voltmeter, multimeter) di laboratorium kimia SMA Negeri 24 Bandung masih meminjam alat-alat listrik
ini dari bidang fisika sehingga laboratorium kimia di sekolah ini tidak ada lemari dan
pengelompokan alat berdasarakan bahan listik.
III.4 Pengetahuan
Bahan Kimia
Pengetahuan bahan kimia
yang terkait yakni adanya tempat penyimpanan bahan praktik, rak zat padat, rak
zat cair, ada gudang penyimpanan alat/bahan stok dan ada simbol tentang sifat
dan bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia seperi korosif, beracun, mudah
terbakar, iritasi dn lain-lain.
Pada umumnya zat kimia
yang ada di laboratorium sekolah berpotensi membahayakan. Beberapa hal harus
diketahui adalah: wujud, warna, bentuk kristal, bau, kelarutan dan titik nyala
(mudah terbakar atau tidak). Ada yang bersifat racun, higroskopis, sensitif
terhadap cahaya, merusak kulit, kayu, ubin, kertas, mudah terurai, teroksidasi
dengan udara, mudah menguap/menyublim, mudah meledak atau nudah terbakar, dan
mudah bereaksib dengan zat tertntu. Dalam hal ini pengetahuan yang mendasar
yaitu harus adanya tempat penyimpanan bahan yang khusus yang disesuakan dengan
sifat bahan masing-masiang.
Penyimpanan bahan kimia
dapat dikelompokkan berdasarkan:
1.
Keadaan fasa/wujudnya: padat dan cair;
2.
Kelompok asam, basa dan garam;
3.
Sifat bahayanya: higroskopis, toksik, korosif, iritatif,
mudah terbakar, pengoksidasi, dan mudah meledak.
Klasifikasi atau
penggolongan bahan-bahan kimia berbahaya diperlukan untuk memudahkan pengenalan
serta cara penangan dan transportasi. Pada botol zat harus dilengkapi dengan
label yang jelas dan menyatakan isi label tersebut. Pada label dilengkapi
dengan tanda bahaya dari zat tersebut.
Di SMA Negeri 24
Bandung untuk laboratorium kimia
dalam pengetahuan bahan kimia sudah ada dan sudah dilengkapi yaitu dengan tersedianya sarana tempat penyimpanan bahan praktik, rak zat
padat, rak zat cair, ada gudang penyimpanan alat/bahan stok dan ada simbol
tentang sifat dan bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia seperi korosif,
beracun, mudah terbakar, iritasi dan lain-lain, yang kesemuannya dalam kondisi
yang baik.
III.5 Kelengkapan Administrasi
Tujuan dari
pengadministrasian alat dan bahan agar dengan mudah dapat diketahui
beberapa hal berikut, yaitu:
1.
Jenis alat atau bahan yang ada;
2.
Jumlah masing-masing alat dan bahan;
3.
Jumlah yang pecah, hilang atau habis.
Kelengkapan administrasi
di SMA Negeri
24 Bandung sudah sedikit memenuhi yaitu seperti dengan adanya
daftar iventarisasi alat dan bahan, format permintaan alat/bahan, tersedianya
kartu alat dan buku/daftar alat yang pecah, rusak, hilang akan tetapi untuk
kartu reparasi belum ada. sekolahan ada alokasi dana khusus untuk laboratorium
dalam perencanaan program.
Modul/paket materi praktik yang dikembangkan oleh sekolah (LKS dan sejenisnya)
sendiri belum ada namun daftar judul praktikum sudah disesuaikan dengan KTSP, jadi dalam kegiatan praktikumnya
masih mengikuti ketentuan dari buku paket sesuai KTSP karena sekolah SMA Negeri
24 Bandung belum mengadakan adanya modul untuk praktikum.dan untuk kelancaran saat
praktikum di laboratorium
sudah disediakan petunjuk pemakaian alat.
Buku laporan kegiatan di
SMA
Negeri 24 Bandung dilakukan laporan kegiatan harian dan
mingguan. Dan program kegiatan lab/jurnal sudah ada, hal ini tentunya bertujuan
untuk menghindari adanya jam praktikum yang bersamaan antara kelas satu dengan
kelas lainnya. Buku-buku
laporan ini tentunya memiliki tujuan yang berbeda, seperti buku laporan harian bertujuan untuk mengetahui
kejadian-kejadian selama berlangsungnya kegiatan, misalnya dijumpai ada alat
yang rusak atau hilang, atau percobaan yang tidak berhasil, sehingga dapat
dipakai sebagai dasar untuk tindak lanjut penyelesaian masalah.
Laboratorium harus
dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas, sebagus apapun suatu laboratorium tidak akan
berarti apa-apa bila tidak ditunjang oleh manajemen yang baik.
Jadi, semua pihak yang terkait harus melaksanakan administrasi yang ada dengan
sebaik mungkin sehingga kegiatan labortaorium bisa berjalan lancar.
III.6 Keselamatan Kerja
Di laboratorium kimia
banyak terdapat bahan-bahan kimia, maka potensi terjadinya kecelakaan kerja
selama berlangsungnya kegiatan penelitian di ruang laboratorium sangatlah
besar. Oleh karena itu, pengelola laboratorium kimia harus melakukan berbagai
tindakan preventif untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan.
Segala aktivitas yang ada di laboratorium perlu dijaga keselamatannya karena kecelakaan
dapat terjadi kapan saja, walaupun hal tersebut tidak dikehendaki.
Kecelakaan umumnya lebih sering terjadi disebabkan oleh pecahan alat-alat
gelas, tumpahan bahan kimia, dan kebakaran. Hal ini merupakan kejadian yang harus dihindari dan setiap komponen harus mengetahui hal-hal yang menimbulkan bahaya atau
kecelakaan sekaligus cara penanggulangannya.
Hal yang terkait dengan keselamatan kerja yaitu seperti adanya saluran tempat
penampungan limbah praktik, alat pemadam kebakaran, jas laboratorium,
sarung tangan, dan kaca mata yang mana di SMA Negeri 24 Bandung sudah
ada, tetapi untuk pemadam kebakaran lain-lain seperti pasir dan karung
belum tersedia. Dan juga tempat pengolahan limbah praktik di sini
juga belum ada.
Pertolongan pertama pada korban kecelakaan seperti tersedianya kotak P3K di sini
juga belum ada, ketika ada siswa terkena bahan atau alat yang
pecah langsung dibawa ke ruang Unit Kesehatan Sekolah
(UKS), sehingga langsung ditangani di ruang UKS untuk
tindakan pertolongan pertama yang tepat jika luka tersebut tidak terlalu parah.
Laboratorium yang aman dan nyaman dari kecelakaan dapat bekerja dengan
produktif dan efisien. Hal ini dapat tercipta apabila semua individu yang
terlibat mempunyai kesadaran bahwa kecelakaan akibat kecerobohan dan
ketidaksiplinan dirinya dapat merugikan diri sendiri serta orang
lain. Semua komponen dituntut untuk memiliki rasa tanggung jawab moral terhadap
keselamatan kerja.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan, penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1.
Pengelolaan laboratorium kimia SMA Negeri 24 Bandung masih perlu diperbaiki dan dilengkapi.
2.
Kelengkapan laboratorium perlu ditingkatkan terutama pada
alat-alat keselamatan kerja dan peralatan listrik.
3.
Organisasi laboratorium belum lengkap karena masih ada
guru kimia yang tugasnya merangkap sebagai laboran.
4.
Penataan alat di laboratorium belum semuanya tertata
rapih sesuai dengan tempat, golongan, dan sifatnya.
5.
Kelengkapan administrasi hanya beberapa data yang ada dan
terlaksana dengan baik.
6.
Keselamatan kerja belum terjamin karena peralatan yang
masih kurang dan kualitasnya kurang baik.
IV.2 Saran
Saran
yang dapat penulis sampaikan yaitu:
1.
Sebaiknya mahasiswa mampu memahami
konsep pengelolaan laboratorium dan mengimplementasikannya dalam menata laboratorium
yang ada di sekolah terutama yang masih awam tentang praktikum.
2.
Dibutuhkan sistem
pengelolaan operasional laboratorium yang baik dan sesuai dengan situasi
kondisi setempat, agar semua yang dilakukan di dalam laboratorium dapat
berjalan dengan lancar.
3.
Peran Kepala
Laboratorium sangat penting dalam menerapkan proses manajemen pengelolaan
laboratorium, termasuk dukungan keterampilan
dari segala elemen yang ada di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Media Buku:
·
Decaprio,
Richard. 2013. Tips Mengelola Laboratorium Sekolah. Jogjakarta: DIVA
Press.
·
Kistinnah, Idun dan
Sri, Endang. 2011. Pengelolaan
Laboratorium untuk SMA/MA. Surabaya: Bina Ilmu.
·
Yunita. 2012. Pengelolaan
Laboratorium. Jakarta: Erlangga.
Media Internet:
·
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_laboratorium, diakses tanggal 07 Mei 2014
pukul 14.00 WIB.

Comments
Post a Comment